Berdasarkan tema Kepemimpinan ASEAN Indonesia pada 2023 yaitu “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”, Indonesia mengambil inisiatif untuk merespon hal tersebut. Salah satunya dengan memperkuat integrasi pasar regional melalui peningkatan Free Trade Agreement ASEAN-Australia-Selandia Baru, memperkenalkan transaksi mata uang lokal dan interoperabilitas pembayaran digital, serta mempromosikan ASEAN Industry Project Based Initiative.
Yang baru saja diluncurkan adalah Perjanjian Kerangka Ekonomi Digital ASEAN atau ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA), yang akan meningkatkan nilai ekonomi digital di ASEAN tahun 2030 hingga dua kali lipat.
Terkait DEFA, Menko Airlangga berdiskusi dengan Council Members dari ASEAN Business Advisory Council (BAC) Malaysia, dalam pertemuan bilateral di sela-sela agenda ABIS 2023. Implementasi DEFA akan dimulai pada 2025, saat Keketuaan ASEAN ada di tangan Malaysia.
Delegasi Malaysia dipimpin oleh Deputy Chairman ASEAN-BAC Malaysia yakni Tan Sri Tony Fernandes, didampingi Council Member Lim Chern Yuan, Executive Director ASEAN-BAC Malaysia Jukhee Hong, serta perwakilan dari beberapa perusahaan besar Malaysia. Berbagai hal dibahas dalam pertemuan tersebut, antara lain tentang perdagangan dan sistem pembayaran lintas batas, serta perkembangan kendaraan listrik (EV). Lagi-lagi, Menko Airlangga menekankan pentingnya konektivitas dan intraoperabilitas.
Diungkapkan bahwa fokus utama ASEAN-BAC adalah melakukan fasilitasi perdagangan, fasilitasi investasi, dan menarik FDI. ASEAN-BAC harus mampu mendorong terlaksananya prioritas-prioritas utama untuk memperkuat perdagangan dan investasi intra-ASEAN. Indonesia sendiri akan mempermudah proses imigrasi dengan membuat sistem digital yang terintegrasi di antara kementerian/lembaga terkait atau biasa disebut e-goverment.
Langkah berikut adalah memperkuat hubungan perdagangan dan investasi regional serta mendorong tindakan pembangunan berkelanjutan yang kolaboratif. Beberapa yang bisa dijajaki adalah peluncuran proyek energi ramah lingkungan seperti pembangkit listrik tenaga surya, dan menghubungkan ASEAN melalui alat strategis dan sistem pembayaran QR Regional.
“Nantinya, masyarakat Indonesia yang bepergian ke Malaysia, Thailand, Singapura maupun negara-negara ASEAN lainnya akan bisa melakukan pembayaran dengan QR. Indonesia sendiri telah menggunakan QRIS secara luas di banyak gerai. QRIS dikembangkan oleh Bank Indonesia, dan saat ini nilai transaksinya terus meningkat,” imbuh Menko Airlangga.
Menko menambahkan bahwa kekayaan sumber daya energi alami yang ada di kawasan ASEAN sangat besar, sehingga dapat mendorong permintaan energi global yang akan menguntungkan ASEAN.
“Sebagai bagian dari sustainability, kita juga harus mendorong adanya carbon credit market di ASEAN. Kemudian, pekerjaan rumah kita ke depan adalah mengembangkan industri hilir sebagai titik kunci dalam rantai pasok global,” tambah Menko.
Tan Sri Tony Fernandes menyambut baik inisiatif Indonesia. “Kami sangat excited soal ASEAN, soal Indonesia. Kami harus memuji Pemerintah Indonesia. Hal ini membuka mata kita semua bahwa Indonesia sangat progresif (dari sisi ekonomi), juga sangat terbuka serta transparan (dari sisi pemerintahan),” ungkapnya.(ati)