nasional

Masyarakat Harus Bisa Menguasai Literasi Inklusi Sosial

Kamis, 26 Oktober 2023 | 09:30 WIB

Krjogja.com - MAKASSAR - Pada era revolusi industri 4.0, masyarakat dituntut untuk tidak hanya menguasai literasi lama (membaca, menulis dan berhitung), tetapi juga menguasai literasi baru atau yang juga disebut sebagai literasi inklusi sosial.

Literasi tersebut mencakup literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia. Konsep Knowledge-driven economy sepertinya tepat untuk menggambarkan kondisi hari ini.

Ekonomi berbasis pengetahuan, atau knowledge economy, didasarkan atas produksi, diseminasi dan penggunaan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan

“Ekonomi berbasis pengetahuan, atau knowledge economy, didasarkan atas produksi, diseminasi dan penggunaan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan,” jelas Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Adin Bondar, ketika menjadi narasumber kunci talkshow kegiatan Duta Baca Indonesia di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Makassar, Rabu (25/10/2023).

Baca Juga: BRI Life Berdayakan Aswapemari Banjarnegara

Di negara-negara berkembang, para pembuat kebijakan menghadapi berbagai kesulitan untuk membangun sistem dan kemampuan berbasis pengetahuan ini. Akibatnya, yang terjadi malah tidak hanya miskin secara ekonomi tapi juga miskin pengetahuan. Ambil contoh tingginya angka stunting yang terjadi di Indonesia.

“Stunting di Indonesia bukan hanya karena kemiskinan ekonomi tetapi karena kemiskinan ilmu pengetahuan sehingga masyarakat kurang berdaya. Transformasi perpustakaan menjadi salah satu solusi bagaimana masyarakat dapat belajar secara kontekstual sehingga masyarakat bisa produktif dengan literasi terapan, tambah Adin Bondar.

Justru persoalan stunting salah satunya bisa diatasi dengan literasi keluarga. Adin menekankan sentuhan literasi pada anak di 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Terlebih saat golden age (1-5 tahun) dimana jutaan sel berkembang.

Negara Swedia bahkan telah melakukan revolusi pendekatan pendidikan anak dengan membatasi smartphone dan lebih mendekatan kegiatan interaktif terhadap anak. Karena kalau tidak dilakukan rangsangan pada anak maka akan terjadi penyusutan otak atau atrofi.

Kondisi fisik yang kurang sempurna sering kali menjadi alasan seseorang malas berikhtiar menemukan jalan keluar. Duta Baca Indonesia Gol A Gong pernah berpikir bagaimana keterbatasan fisik akan berimbas pada kemalangan nasib.

Namun, ibunda malah mengarahkan Gong pada tiga kebiasaan lain, yakni jogging, membaca, dan mendengarkan cerita ibunya. Jogging melatih fisik dan mental. Bahkan, bisa menyabet medali emas dari even badminton paralympic pada tahun 1984-1989.

Baca Juga: Dangdut K-Pop 29Ther Pertemukan Pedangdut Kondang dengan Bintang Korea

“Dari kebiasaan membaca buku dan mendengarkan dongeng sejak kecil inilah yang menjadi pondasi awal dari banyaknya buku yang saya rilis. Sudah 126 buku yang saya terbitkan.

Itulah kenapa banyak yang bilang kalau aktivitas membaca itu memberi kesehatan. Karena setiap kali membaca akan menghubungkan neuron-neuron yang ada di dalam otak. Kalau tidak membaca justru bisa membuat kantuk karena neuron manusia tidak bekerja.

Halaman:

Tags

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB