KRjogja.com - JAKARTA - Wilayah Indonesia umumnya sudah memasuki musim hujan ketika berada di penghujung tahun. Musim kemarau yang melanda sebelumnya sirna dengan guyuran hujan yang turun hampir setiap hari. Namun tahun ini berbeda, musim hujan yang dinanti tak kunjung tiba.
Menanggapi hal tersebut, Pakar Meteorologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Edvin Aldrian mengaku tidak heran dengan fenomena cuaca akhir tahun ini. Sebab, perubahan iklim memang memperparah dampak El Nino.
“Musim kemarau makin panjang, musim hujan makin pendek. Bisa hujan deras, besoknya gantian panas terik,” tulis Edvin melalui siaran pers, Senin (25/12/2023).
Baca Juga: Lengkapi Kebutuhan Belanja, Jogja City Mall Hadirkan KKV dan Re – Opening Gramedia
Edvin menambahkan, dampak perubahan iklim tersebut menjadikan kondisi mendung berhari-hari namun rasa gerahnya bukan main. Hal itu menjadikan belakangan cuaca memang tak menentu. Khususnya di Jakarta, meski bulan November lalu sudah sempat turun hujan.
“Namun (hujan) berjalan sebentar. Sempat panas terik beberapa minggu yang lalu, kini Senin 25 Desember mulai mendung dan hujan lagi. Di beberapa wilayah lain di nusantara justru mengalami banjir,” tutur Edvin.
Hadirnya anomali cuaca tersebut, Edvin berkesimpulan bahwa Desember ini masih berlangsung puncak musim kemarau. Dia memperkirakan hal itu bisa terjadi sampai Januari tahun depan.
“Hal ini disebabkan fenomena El Nino yang dampaknya makin parah akibat perubahan iklim,” kata Edvin yang baru saja pulang dari perhelatan COP-28.
Baca Juga: Natal, Sanggar GREGET Pentaskan Sendratari Sang Timur
“Hawa panas masih sangat terasa. Saat ini belum musim hujan. Kita masih berada di tengah musim kemarau yang memanjang,” imbuh dia.
Edvin mengungkapkan bahwa suhu sebenarnya lebih tinggi dari yang dirasakan. Jika kita merasa suhu 36°, tetapi karena dampak El Nino, suhu sesungguhnya adalah 38-39°.
“Kalau kita ke Arab Saudi, terasa seperti 31°, suhu aslinya bisa 36°-37°. Jadi lebih panas dari yang terasa,” ungkap dia.
Edvin menjelaskan, Fenomena El Nino adalah kenaikan rata-rata suhu air laut Samudra Pasifik yang di atas normal. Hal ini mengakibatkan curah hujan berkurang dan musim kemarau memanjang.
“Di Indonesia, hal ini sudah terjadi sejak beberapa tahun yang lalu dan terus bertransisi,” jelas dia.