Krjogja.com -Jakarta - Bupati Tapanuli Utara Dr. Drs. Nikson Nababan, M.Si., dalam peluncuran buku berjudul Desa Kuat, Kota Maju, Negara Berdikari: Membangun Desa Berbasis Data Presisi di Jakarta, Rabu (17/4/2024) mengatakan pembangunan itu semestinya bersifat bottom-up atau dari bawah ke atas, dimulai dari desa
Buku ini berisi tentang bagaimana proses perencanaan pembangunan berbasis data yang dimulai dari desa dan mengenalkan sebuah gagasan baru agar program pembangunan tepat sasaran: by name, by address, by coordinate.
Baca Juga: Membantu UMKM Berkembang, J&T Cargo Beri Penghargaan 100 Outlet Terbaik
“Pembangunan itu semestinya bersifat bottom-up atau dari bawah ke atas, dimulai dari desa,” kata Nikson Nababan dalam menyampaikan keynote speech saat peluncuran buku di Pojok Rahmah Tolleng, Gedung Tempo, Jakarta, pada Selasa malam, 16 April 2024. “Kenapa terjadi urbanisasi? karena desa tidak dibangun.”
Berangkat dari kegundahan itu, Nikson Nababan kemudian mengelaborasi potensi dan mengidentifikasi kebutuhan masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara. Menurut dia, ada sektor-sektor prioritas yang harus mendapatkan perhatian khusus karena akan berefek domino pada kesejahteraan masyarakat. Sektor tersebut adalah infrastruktur, pertanian, kesehatan, dan pendidikan.
Baca Juga: 1445 H, SMK TKM Kumpulkan 2,3 Ton Beras
Nikson Nababan kemudian memfokuskan anggaran daerah, baik dari pendapatan asli daerah (PAD), dana alokasi khusus (DAK), dana insentif daerah (DID), dan berbagai sumber lain untuk empat sektor tersebut. Pada awal periode pertama menjabat Bupati Tapanuli Utara di 2014, Nikson menggulirkan dana sebesar Rp 60 juta untuk setiap desa guna pembangunan fisik.
Ketika pembangunan infrastruktur sudah berangsur membaik, kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini kemudian mendorong masyarakat agar mengolah dan mengelola “lahan tidur” yang ada di sekitarnya. “Pemerintah daerah menyiapkan Sembilan unit traktor besar untuk pengolahan lahan seluas 2 hektare ke bawah,” katanya. Kini, sudah lebih dari 16 ribu hektare lahan yang dikelola oleh masyarakat, sehingga angka pengangguran turun dan disparitas kesejahteraan berkurang. Itu pula yang menyebabkan menjadi juara dalam pengelolaan lahan tidur.
Baca Juga: 1445 H, SMK TKM Kumpulkan 2,3 Ton Beras
Dalam menerapkan berbagai perencanaan pembangunan di Kabupaten Tapanuli Utara tadi, Nikson mencetuskan metode NIKSON yang merupakan singkatan dari Needs, Innovation, Knowledge, Synergy, Operation, dan Norm. Ini merupakan metode perencanaan pembangunan yang muncul dari bawah atau bottom-up berbasis data presisi.
Nikson menghindari kebijakan pola top-down yang umumnya berbekal data yang kurang komprehensif dan cenderung mengabaikan aspirasi masyarakat lokal. “Semoga buku ini bisa menjadi referensi kebijakan pemerintah ke depan,” kata Nikson.
Baca Juga: IKIP dan UMPWR Resmi Bentuk Ikatan Alumni
Di sela peluncuran buku “Desa Kuat, Kota Maju, Negara Berdikari: Membangun Desa Berbasis Data Presisi” karya Nikson Nababan, berlangsung diskusi yang dipandu oleh Redaktur Tempo Ali Nur Yasin. Diskusi tersebut melibatkan Guru Besar Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Prof. Dr. Drs. H. Khasan Effendy. M.Pd., Direktur Eksekutif Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), Sarman Simanjorang, M.Si., dan Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University, Dr. Sofyan Sjaf, S.Pt, M.Si.
Pada kesempatan itu, Khasan Effendy mengatakan perencanaan pembangunan model NIKSON merupakan model Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) baru di era reformasi. “GBHN ini haluan negara, bukan pemerintah,” katanya. Dengan begitu, Khasan melanjutkan, pemerintahan yang berjalan dengan siapapun pemimpinnya, dapat menerapkan model tersebut.