KRJogja.com - BANDUNG - Tantangan industri media massa di era digital dan disrupsi semakin nyata ke depan . Untuk itu, perusahaan pers harus bisa beradaptasi dan berinovasi, salah satunya dengan diversifikasi usaha media alias mengembangkan kaki-kakinya untuk menghidupi jurnalismenya.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan bisnis, industri media pun diharapkan bisa menjaga independensinya dengan berpegang pada kode etik yang ada.
Hal ini di sampaikan Ketua Komisi Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Dewan Pers, Paulus Tri Agung Kristanto dalam Capacity Building Wartawan Ekonomi DIY yang diinisiasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY di Bandung, Jawa Barat, Kamis (26/9) malam. Hadir mewakili BI DIY Kepala Tim Implementasi Kajian Ekonomi Keuangan Daerah (KEKDA) DIY Dian Wening Tiastuti bersama Tim Kehumasan.
Tri Agung mengatakan seiring perkembangan teknologi, berbagai tantangan dihadapi industri media khususnya media cetak dan media online. Salah satunya tantangan yang harus dihadapi adalah perkembangan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Semisal Google telah mencoba menerapkan fitur barunya bernama Google AI Overviews dalam mesin pencarinya baru-baru ini.
"Google baru saja membuat fitur baru Google AI Overviews yang tengah diujicobakan dibeberapa Negara seperti Indonesia, India dan beberapa negara lainnya. Bukannya menguntungkan industri media, teknologi yang dikembangkan ini justru menjadi tantangan bagi industri media karena mengubah cara menggunakan atau mencari informasi," ungkapnya.
Menurut Tri Agung , kehadiran fitur Google AI Overviews maka ringkasan dari sebuah informasi akan muncul paling atas di mesin pencari. Algoritma dari Search Engine Optimize (SEO) pun akan berubah. Dengan demikian media , khususnya media online akan semakin berat, karena media di Indonesia masih mengandalkan page view sampai saat ini.
"Kondisi tersebut bisa merugikan media, dimana.pendapatan media sangat mungkin bisa berkurang. Belum lagu ancaman PHK karena jumlah karyawan yang dipangkas akan lebih banyak. Melihat kondisi tersebut maka media harus beradaptasi dan berinovasi khusus pada penguatan teknologi informasi," tandasnya.
Lebih lanjut, Tri Agung menyebut media yang selama ini hanya berdiri dua kaki yaitu redaksi dan sirkulasi harus bisa memperbanyak kaki-kakinya. Artinya industri media harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi dengan menyesuaikan dan melakukan inovasi dengan memperbanyak lini bisnis atau diversifikasi usaha yang pada akhirnya bisa membantu menghidupi media itu sendiri dan bertahan. Antara lain mengembangkan riset, lembaga pendidikan dan lainnya
"Satu-satunya media yang belum tergerus dengan adanya Google AI Overviews tersebut adalah media audio visual. Sebab Google kan belum bisa meringkas berbagai video yang diunggah. Dengan video tersebut, sejumlah media juga terbukti mampu berkembang," imbuhnya. (Ira)