Para ekonom juga memperkirakan setiap 1% pertumbuhan ekonomi dapat menyerap ratusan ribu tenaga kerja baru.
Menteri Koperasi menegaskan bahwa para pengrajin tempe yang ingin menjadi pemasok MBG harus menjaga kualitas produk, terutama dari segi kandungan gizi dan higienitas sesuai panduan Badan Gizi Nasional, Kementerian Kesehatan, dan Badan Pangan Nasional.
Budi Arie mengapresiasi proses produksi di Rumah Tempe Indonesia yang telah menggunakan standar modern. Peralatan pengolahan berbahan stainless steel dinilai memenuhi standar produksi makanan.
"Saya minta pengrajin tempe di daerah meniru model pengolahan seperti ini agar higienitas produk tetap terjaga," ujarnya.
Terkait suplai bahan baku untuk ratusan dapur MBG, Kementerian Koperasi berencana membangun sejumlah hub untuk memudahkan distribusi bahan baku. Setiap daerah dipastikan memiliki potensi hasil produksi khas yang beragam, sehingga kebutuhan dapur MBG dapat terpenuhi melalui hub ini.
"Program MBG adalah program unggulan pemerintah untuk mendukung Indonesia Emas 2045. Kita harus pastikan seluruh pasokan bahan bakunya tersedia. Saat ini, ada 1.232 koperasi dengan berbagai unit usaha yang sudah terdaftar di BGN untuk mendukung MBG. Semua siap bergerak," pungkasnya. (*)