nasional

Komisi A DPRD DIY Kunjungi Masjid Sunan Gunung Jati Napak Tilas Bung Karno, Sering Sholat Tahajud Di Sana Semasa Hidup

Senin, 17 Februari 2025 | 21:10 WIB


Krjogja.com - CIREBON - Komisi A DPRD DIY mengunjungi Masjid Sunan Gunung Jati (Garmini) di Kota Cirebon, Senin (17/2/2025). Dewan yang bertolak bersama wartawan unit DPRD DIY napak tilas perjalanan Bung Karno yang meletakkan batu pertama masjid tersebut sekaligus memberi nama.

Komisi A sendiri menginisiasi adanya Museum Soekarno, naskah akademik, buku dan monumen dan diusulkan ke Pemda DIY. Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto mengharapkan agar upaya merawat sejarah sebagai upaya membumikan Pancasila tetap menjadi prioritas, untuk menanamkan karakter bangsa Indonesia yang seharusnya.

"Makan gratis boleh saja, tetapi jiwa juga butuh makanan. Pikiran kita memerlukan asupan berupa ilmu pengetahuan, nilai-nilai, dan wawasan kebangsaan. Meski ada refocusing karena efisiensi anggaran, pendidikan sejarah tidak boleh ditinggalkan. Pemerintah, termasuk di daerah mestinya tidak hanya fokus perut kenyang bagi generasi muda melalui program MBG. Otak dan jiwa mereka pun perlu dikenyangkan dengan pembelajaran sejarah melalui pengembangan museum Soekarno, monumen, penyusunan naskah akademik, buku, dan lain-lain," ungkap Eko.

Hal itu menurut Eko bertujuan agar generasi muda tidak melupakan sejarah sebagaimana pesan Bung Karno. Sebab jika semuanya seimbang, maka pembangunan karakter dan budi pekerti manusia, yang diikuti peningkatan kognitif, keterampilan dan kecerdasan dapat berjalan dengan baik.

"Jangan sampai tubuh mendapat makanan, tetapi hati, pikiran, dan jiwa justru kekurangan asupan. Ini bisa berbahaya. Jadi, keseimbangan sangat penting. Makanan untuk tubuh harus cukup, begitu pula makanan untuk pikiran dan jiwa," tandasnya.

Dalam kunjungan ke Masjid Sunan Gunung Jati Cirebon, Eko menyebut jejak sejarah Presiden Soekarno yang sering salat Tahajud di Masjid Sunan Gunung Jati terabadikan dengan cukup baik. Salah satu penggal sejarah tersebut menjadi obyek wisata berharga bagi Kota Cirebon.

Bahkan warga kota tersebut sangat bangga nama Masjid Sunan Gunung Jati diberikan langsung oleh Soekarno pasca diwakafkan pemilik lahan, Siti Garmini Soroji Binti Muchalar Surjaatmadja pada 1960. Meski tidak mewah, masjid tersebut cukup bersih dan ramai dmanfaatkan untuk ibadah.

Satu komplek ada pula ruang belajar mengaji bagi anak-anak. Lengkap sudah hal-hal baik yang diharapkan tumbuh dari masjid yang punya hubungan erat dengan proklamator kemerdekaan Indonesia itu.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya mengungkapkan, pihaknya sebenarnya ingin mencontoh Pemda DIY dalam mengelola sektor kebudayaan dan pariwisata yang tidak lepas dari nilai-nilai sejarah. "Kita ingin seperti Jogja yang mampu mengembangkan sumbu filosofi sebagai bagian dari bagian dari pariwisata tanpa meninggalkan sejarah," tambahnya.

Kota Cirebon menyadari bahwa sisi pariwisata berlandas sejarah dan budaya menjadi keunggulan yang harus dimaksimalkan. Meski tetap ada refocusing anggaran namun keberpihakan pada pemeliharaan museum dan tempat-tempat budaya tetap menjadi utama.

"Justru saat kami melakukan ekspos, kami menegaskan bahwa perlu ada penguatan anggaran di sektor ini. Sebab, sektor ini dapat menjadi salah satu cara untuk menyeimbangkan defisit anggaran yang timbul akibat efisiensi perjalanan dinas," lanjutnya. (Fxh)


Masjid Sunan Gunung Jati yang kerap dipakai tahajud Bung Karno (Harminanto)

Tags

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB