Krjogja.com- Yogya - Agenda hari kedua BI Sapa Akademisi yang diselenggarakan oleh Departemen Komunikasi Bank Indonesia (Dekom BI) adalah mengunjungi Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) dan Museum BI (Kamis, 08/05/25).
(Perum Peruri) berlokasi di Desa Parung Mulya, Ciampel, Karawang, Jawa Barat. Lokasi Museum BI di wilayah Kota Lama, Taman Sari, Jakarta Barat.
Tujuan kunjungan lama di kedua tempat tersebut untuk menambah informasi dan wawasan dari peserta. Ternyata mayoritas peserta belum pernah mengunjungi Perum Peruri dan Museum BI.
Baca Juga: Anak Muda Indonesia Banyak yang Intoleran, UNU Jogja dan 6 Kampus Ajak Mahasiswa Lintas Iman Bertemu
Dari Perum Peruri, uang negara diproduksi dan beredar di masyarakat. Uang kartal yang diproduksi oleh Perum Peruri dicetak atas pesanan BI. “Sejumlah tahapan yang sangat ketat harus dilewati untuk mencetak setiap lembar rupiah”, ungkap Wasiaturahma (Guru Besar FEB Unair, Surabaya) satu peserta yang biasa dipanggil Rahma.
Menurut Rahma, produksi uang di Perum Peruri menggunakan teknologi tinggi dan unsur pengamanannya sangat tinggi. Terdapat tiga unsur pengaman pada bahan uang Rupiah yakni, watermark, elektrotype dan benang pengaman.
Informasi dari Perum Peruri, pencetakan sudah menggunakan teknik intaglio. Teknik cetak intaglio memiliki unsur pengaman paling tinggi dibandingkan teknik cetak lain. Hasil cetak Teknik tersebut memunculkan elemen halus sampai tebal dan akan terasa kasar apabila diraba. Dengan demikian dapat memudahkan pengguna uang kertas mengidentifikasi keaslian uang rupiah sekaligus mempersulit pemalsuan.
Baca Juga: Puting Beliung Rusak 5 Rumah di Bejen Temanggung, Tiga Keluarga Mengungsi
“Pemalsuan uang yang terjadi saat ini disebabkan karena pengetahuan sebagaian masyarakat terhadap uang kertas Rupiah masih terbatas”, jelas YB Suhartoko peserta dari FEB Unika Atmajaya, Jakarta.
Menurut Suhartoko sebagian masyarakat belum terinformasi dan terdukasi mengenai uang kertas yang dikeluarkan oleh BI. “Secara teknis uang Rupiah produksi Perum Peruri sulit untuk dipalsukan”, tegas Suhartoko yang juga penulis opini di beberapa media terkemuka.
Berkaitan peredaran uang palsu dan belum terinfo serta teredukasinya sebagian masyarakat maka sosialisasi oleh BI menjadi relevan dan penting. “Sosialisasi terkait Cinta, Bangga dan Paham Rupiah, termasuk didalamnya mengenali ciri-ciri keaslian uang rupiah harus tetap dilanjutkan dan diselenggarakan oleh BI lebih intensif”, harap Y. Sri Susilo (Dosen FBE UAJY) peserta “BI Sapa Akademisi”.
Baca Juga: Milad ke-33, Bank Muamalat Ingin Jadi yang Terbaik Jalankan Maqashid Syariah
Seperti diketahui “Cinta Rupiah” diwujudkan dengan senantiasa menyayangi rupiah dengan mengenali ciri keaslian uang Rupiah yaitu Dilihat, Diraba dan Diterawang (3D). Hal penting merawat rupiah yang dimiliki dengan baik yaitu jangan dilipat, jangan dicoret, jangan diremas, jangan di stapler dan jangan sampai basah kena air atau cairan lainnya.
Setelah dari Perum Peruri di Karawang, 51 peserta “BI Sapa Akademis” di Kawasan Kota Tua Jakarta. Museum Bank Indonesia (BI) menyimpan banyak nilai sejarah tentang keuangan Indonesia.