Krjogja.com - YOGYA - Video yang memperlihatkan mobil dinas Gubernur DIY, Sri Sultan HB X berhenti dan ikut antre di jalan raya viral di media sosial. Rekaman itu menarik perhatian publik karena memperlihatkan sikap sederhana Sultan yang tetap menaati aturan lalu lintas, tanpa memanfaatkan fasilitas pengawalan atau strobo.
Dalam video berdurasi singkat tersebut, tampak mobil dinas berpelat AB 10 HBX, kendaraan resmi Gubernur DIY, melaju perlahan di antara deretan kendaraan lain di jalan umum. Di belakangnya terlihat beberapa mobil rombongan dengan suara sirene “tottot wuk wuk” khas pengawalan kepolisian.
Namun, alih-alih diberi jalan, mobil yang ditumpangi Sri Sultan justru berhenti tertib mengikuti antrean seperti pengendara lainnya. Sikap itu menuai banyak pujian dari masyarakat.
Baca Juga: Viral Video Salip Mobil Sultan HB X, Begini Penjelasan Stafsus AHY
Warganet menilai tindakan Sultan mencerminkan sosok pemimpin yang rendah hati, egaliter dan memberi contoh baik di tengah maraknya pejabat publik yang sering mendapat prioritas di jalan. Menanggapi viralnya video tersebut, Sultan menegaskan bahwa dirinya memang tidak terbiasa menggunakan pengawalan, kecuali saat menghadiri kegiatan resmi pemerintahan.
"Ya memang saya biasa nggak ada pengawalan kok, kalau nggak acara resmi. Wong saya bisa nyupiri sendiri juga kok, kecuali kalau acara resmi," ungkap Sultan dikutip Selasa (14/10/2025).
Sultan juga menjelaskan bahwa mobil dinas dengan pelat nomor AB 1 hanya digunakan untuk kepentingan kedinasan. "Ya kalau mobil AB 1 itu untuk acara resmi. Kalau urusan pribadi atau perjalanan biasa, saya bisa nyetir sendiri. Kenapa dipersoalkan, biasa saja," tandas Sultan.
Baca Juga: Sultan dan AHY Tinjau Jembatan Pandansimo, Jadi Harapan Baru Ekonomi DIY
Diketahui, beberapa hari sebelumnya Sultan mendampingi Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam sejumlah agenda di DIY. Kegiatan itu antara lain peninjauan Jembatan Pandansimo di Bantul, Jumat (10/10/2025), serta proyek air bersih di Karangmojo, Gunungkidul, Rabu (8/10/2025) lalu.
Di tengah citra pejabat yang kerap diistimewakan, tindakan Sultan dianggap sebagai wujud nyata nilai-nilai kesederhanaan dan kedekatan dengan rakyat. Sikap itu sekaligus mencerminkan filosofi kepemimpinan Yogyakarta yang ngayomi tanpa jarak melayani tanpa harus diistimewakan. (Fxh)