Amos debut berseragam United ketika melawan Middlesbrough. Ia tampil saat pertandingan Liga Champions melawan Valencia. Namun, ia berada di bangku cadangan saat United memenangkan Piala Dunia Antarklub 2008.
"Saya berlatih dengan pemain-pemain hebat dan belajar setiap hari," kenangnya. Setiap sesi latihan selalu sangat intens, seperti pertandingan sesungguhnya.
"Itu menakutkan, mengintimidasi. Pada usia 17 atau 18 tahun, ada suasana di United di mana jika Anda main bagus, Anda sudah cukup umur untuk bermain. Jadi jika Anda berlatih dengan tim utama, Anda diharapkan berada di level itu," tuturnya.
Di Manchester United, tidak ada toleransi dan pendekatan spesial dengan alasan Anda masih berusia muda. Jika main di bawah standar, Anda akan diajak bicara.
Baca Juga: Kalender 2024 Sama Persis dengan Kalender 1996, Ini Penyebabnya
"Anda tidak dipilih karena usia Anda yang masih muda. Itu adalah perlakuan yang sama untuk semua pemain. Anda hanya bisa tenggelam atau berenang," lanjutnya.
Amos akan berada di skuad Wigan Athletic saat menghadapi MU, dan bila terpilih untuk turun lapangan ia ingin memberikan dampak buruk pada musim sulit United.
Wigan Athletic punya cacatan sejarah mengalahkan Manchester City di final pada tahun 2013, ketika manajer mereka saat ini, Shaun Maloney, memainkan peran kunci.
Baca Juga: SMAN 8 Yogyakarta Siapkan Kader Pemimpin Bangsa
The Latics kemudian mengulangi prestasi tersebut di babak kelima, lima tahun kemudian. Berbekal torehan sejarah ini, mereka pantang menyerah saat berhadapan dengan MU.
"Ini adalah prospek yang menarik," kata Amos. "Bagi klub, pendapatan apa pun dari Piala FA adalah penting," ujarnya.
Selain itu, Amos melihat sisi lain. Sang manajer terlibat dalam beberapa momen Piala FA yang luar biasa untuk klub.
"Jadi dia berinvestasi secara emosional. Dia ingin hal itu terulang lagi," sahut Amos.*