Krjogja.com - DEMAK - Upaya percepatan penurunan angka stunting terus dilakukan Pemkab Demak. Melalui aksi konvergensi, progres penurunan stunting terpantau cukup signifikan. Prevalensi stunting yang semula 25,5 persen pada 2021 menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menjadi 16,2 persen (2022), dan diharapkan turun kembali menjadi 14 persen pada 2023.
Pada Rembug Stunting Kabupaten Demak 2023, Bupati Demak dr Hj Eisti'anah SE menyampaikan, stunting masih menjadi salah satu permasalahan yang harus mendapatkan prioritas dan dilakukan secara berkelanjutan. "Terlebih mewujudkan generasi cerdas, berkualitas dan bebas dari stunting adalah tanggungjawab bersama," kata bupati, Selasa (30/5).
Turut hadir pada kegiatan yang dirangkai dengan pengukuhan Ayah dan Bunda Asuh Anak Stunting itu, Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) juga Wabup Demak KH Ali Makhsun, serta Plt Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah Eka Sulistia Ediningsih SH. Di samping kepala OPD terkait, kepala puskesmas, kepala desa serta camat lokus stunting di Kabupaten Demak.
Seiring progres penurunan angka stunting di Kabupaten Demak yang cukup baik dari tahun ke tahun berkat kerja 'keroyokan', Bupati Eisti'anah tak lupa menyampaikan apresiasi kepada semua pihak lintas sektoral yang telah bersinergi dan turut berkerja keras. Diharapkan, berbagai bantuan yang diberikan seperti pemberian makanan tambahan (PMT), MP-ASI maupun penyediaan jamban sehat dan air bersih dapat mempercepat penurunan stunting di enam kecamatan dan 34 desa lokus stunting di Kabupaten Demak.
Sebab, lanjut bupati, stunting tidak hanya masalah kesehatan dan gizi, namun dibutuhkan pula intervensi lingkungan sanitasi. Meski bukan penyebab secara langsung, namun lingkungan dan tempat tinggalnya yang tidak layak huni serta ketiadaan air bersih turut andil pada munculnya kasus stunting.
[crosslink_1]
Plt Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Dinperkim) Kabupaten Demak Amir Mahmud SSos MT didampingi Subkoordinator Pemanfaatan dan Pengendalian Permukiman Bidang Kawasan Permukiman Rozikan menuturkan, mengenai percepatan penurunan angka stunting, Dinperkim bertanggungjawab pada penanganan rumah yang sehat dan layak ditinggali. Di samping persoalan sanitasi lingkungan.
"Rumah sehat adalah rumah yang ada jendela sehingga sirkulasi udara bagus dan sinar matahari tidak terhalang. Selain itu memiliki jamban sehat, ketersediaan air minum yang bersih, di samping lantai bukan dari tanah. Serta berada di lingkungan yang sehat," tuturnya.
Sedangkan kondisi sanitasi yang buruk dapat menimbulkan penyakit infeksi pada balita, diare dan cacingan yang dapat mengganggu proses penyerapan nutrisi. Jika kondisi itu terjadi dalam waktu lama dapat mengakibatkan stunting.
Begitu pun bila penghuninya mengonsumsi air tidak sehat, berpotensi pula munculnya sakit infeksi atau gangguan pencernaan. "Penyakit-penyakit tersebut apabila terjadi pada ibu hamil bisa mengakibatkan pertumbuhan janin yang tidak baik. Ujung-ujungnya jika kondisi tersebut berlangsung lama akan timbul kasus stunting,” ujarnya.
Maka itu lah, menggandeng pihak swasta juga BUMD dan BUMN, Pemkab Demak berupaya membangun tempat tinggal layak di lingkungan yang sehat melalui dana CSR bagi masyarakat kurang mampu khususnya. Sehingga anak-anak balita mereka tumbuh sehat dan terhindar dari stunting. * (Hum Dinperkim / ssj)