Krjogja.com - KUDUS- Embrio geliat bisnis BUMDes mulai terlihat di Kabupaten Kudus. BUMDes Tunjungseto Desa Bae Kecamatan Bae Kudus, selama Januari hingga Agustus 2022 telah mencatatkan pemasukan sebesar Rp 87,7 juta rupiah.
BUMDes Murakabi Desa Gondosari Kecamatan Gebog pun telah berhasil menyumbangkan 33,7 juta ke PADes pada 2020. Namun potret sebagaian besar BUMDes di Kota Kretek belum secerah Tunjungseto Bae, Murakabi Gondosari atau BUMDes lain di luar Kudus yang telah melejit. Dari pendataan terhadap 54 BUMDes di Kabupaten Kudus pada awal 2022 yang dilakukan Lokadata dan Perkumpulan Desa Lestari, masih banyak BUMDes di Kabupaten Kudus yang hanya merupakan papan nama. Memiliki lembaga, tapi tidak ada kegiatan usaha yang berjalan sekitar 42 persen. Selain itu, sampai September 2022 baru 37 BUMDes yang mendapatkan sertifikat badan hukum, dari total 63 BUMDes di Kabupaten Kudus.
“Ini menjadi tantangan besar yang perlu kita jawab bersama. BUMDes semestinya mampu menggerakkan ekonomi pedesaan yang sustainable atau berkesinambungan,” ujar Achmad Budiharto, Deputy General Manager PT Djarum, Rabu (22/9).
Bisnis BUMDes memang sangat manis. Di luar Kudus, BUMDes Sumber Sejahtera Pujon Kidul Kabupaten Malang pada 2021 memberikan kontribusi Rp1,4 miliar ke Pendapatan Asli Desa (PADes). Tiap tahun, rata-rata BUMDes Panggung Lestari Panggungharjo, Daerah Istimeea Yogyakarta (DIY) menyumbang 180 juta ke PADes Pujon Kidul, Nglanggeran.
Selain itu, masyarakat pun mendapatkan manfaat dari bisnis BUMDes. Melalui keuntungan BUMDes Sumber Kamulyan Desa Wunut, Kabupaten Klaten pada 2020 mampu menanggung kepesertaan 621 warganya dalam BPJS Ketenagakerjaan.
Menjawab persoalan BUMDes di Kabupaten Kudus ini, PT Djarum menghelat program untuk menyegarkan bisnis BUMDes melalui pelatihan bertajuk “Revitalisasi BUMDes Kudus, 2022”. Pelatihan ditujukan kepada BUMDes yang belum memiliki legalitas badan hukum dan sudah memiliki kegiatan usaha yang berjalan.
“Agar secara berangsur terjadi capital-in ke desa, bukan sebaliknya, BUMDes mesti didorong untuk mengembangkan kegiatan ekonominya. Selain itu, BUMDes mesti memiliki legalitas badan hukum untuk mempermudah kerjasama dengan pihak lain,” terang Budiharto pada Pelatihan Revitalisasi BUMDes yang berlangsung
di Wisma Karyawan Djarum Ploso Kecamatan Jati Kudus.
Pelatihan digelar selama enam hari, mulai selama September ini. Sebanyak 52 desa dampingan PT Djarum dihadirkan pada hari pertama. Selain target utama tujuh BUMDes yang mendapatkan pelatihan dan pendampingan pada periode program ini.
PT Alga Bioteknologi Indonesia (Albitec) mengisi gelar sharing session di hari pertama. Perusahaan yang bergerak dalam bisnis budidaya spirulina dihadirkan untuk memberikan perspektif kegiatan usaha alternatif bagi BUMDes di Kabupaten Kudus. “Selain itu, Albitec dapat menjadi mitra strategis bagi BUMDes yang tertarik untuk mengembangkan kegiatan usaha baru,” tutur Achmad Budiharto.
Selain itu, Bakti Lingkungan Djarum Foundation juga hadir dalam sesi ini, menyampaikan potensi kerjasama pengelolaan sampah organik antara desa, BUMDes, dan Bakti Lingkungan. (trq)