PATI, KRJOGJA.com - Tuhan maha adil. Begitulah nasib Ahmad Mahmudi (40). Disaat ekonominya berantakan karena musibah pandemi Covid19, ternyata warga desa Purwokerto kecamatan Tayu ini, justru berjaya karena tanaman hidroponik.
Sem, begitu Ahmad Mahmudi biasa dipanggil, semula bekerja sebagai pemasang instalasi listrik rumahan. Hasil yang didapat bisa untuk membeli aneka kebutuhan. Tapi sejak wabah virus Corona muncul awal 2020 lalu, menyebabkan Sem harus keluar dari tempat kerjanya. "Saya menganggur. Karena samasekali tidak ada orang yang pasang instalasi listrik" ucap Sem, Jumat (26/3).
Tak mau mati karena kelaparan, Sem kemudian belajar menanam tanaman hydroponik di Wonogiri. Kemudian, empat bulan lalu, dia buka sisa tabungan untuk membeli peralatan usaha barunya. Diantaranya, untuk membuat green house.
"Alhamdulillah, hasil menanam tanaman hydrophonix membawa berkah. Karena setiap bulan bisa panen, dan untungnya lumayan besar" tutur Sem.
Dari pembelian benih selada Rp 50 ribu, kemudian ditangkar di 1800 lobang. Setelah dirawat selama sebulan, bisa dojual Rp 22 ribu per kilogram. Demikian pula untuk tanaman seledri, kangkung, dan unclang bisa memberikan untung.
"Cuaca di daerah Tayu cocok untuk pengembangan selada. Tapi kalau unclang, kurang dingin" kata Sem sambil menambahkan jika pemasaran tanaman hidroponiknya melalui medsos.
"Tapi banyak juga ibu rumahtangga yang datang langsung di Purwokerto. Mereka beli selada untuk ramuan kebab. Supaya tanaman hydrophonix bisa sehat akarnya, cukup diberi fermentasi bawang putih" kata Ahmad Mahmudi membedah resep perawatan tanamannya. (Cuk)
