REMBANG, KRJOGJA.com - Maraknya ekploitasi (penambangan) batu di lereng pegunungan Lasem menyebabkan kawasan Kabupaten Rembang timur rawan terhadap bencana tanah longsor. Pemkab Rembang dalam hal ini BPBD diminta untuk waspada terhadap kemungkinan munculnya bencana tanah longsor di kawasan tersebut, sementara hingga kini belum ada peralatan khusus untuk pertanda akan terjadinya tanah longsor disaat intensitas hujan yang cukup tinggi.
Hasil pantauan KRJOGJA.com beberapa desa yang saat ini was-was terhadap kemungkinan terjadinya bencana tanah longsor diantaranya Desa Gowak dan Desa Sendangcoyo (Kecamatan Lasem), Desa Sidowayah dan Trenggulunan di Kecamatan Pancur, Desa Kumbo dan Candimulyo di Kecamatan Sedan, Desa Pakis di Kecamatan Sale dan Desa Watupecah di Kecamatan Kragan.
Ironisnya hingga saat ini belum ada peralatan khusus yang bisa digunakan sebagai pertanda akan munculnya bencana tanah longsor yang sewaktu-waktu muncul dan menggulung desa-desa di lereng pegunungan Lasem.
"Mau tidak mau pihak desa harus siaga penuh,sebab disaat intensitas hujan tinggi warga harus siap menghadapi kemungkinan bencana tanah longsor," kata Zubair Usman, Kades Desa Dadapan, Kecamatan Sedan yang mengaku sebagian warganya juga bermukim di lereng pegunungan Lasem.
Terpisah Kepala BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Rembang, Purwadi Samsi, Minggu (19/11/2017) mengakui jika hingga saat ini belum ada peralatan khusus untuk pertanda akan terjadinya bencana tanah longsor. Solusinya, tambah Purwadi, pihak BPBD sudah membentuk tim relawan di masing-masing desa yang rawan terhadap bencana tanah longsor.
"Kami harapkan tim di relawan di tingkat desa untuk melapor secara intensif, juga kami terus berkoordinasi dengan Camat dan Kades di kawasan Rembang timur," katanya. (Ags)