REMBANG, KRJOGJA.com - Banyaknya peninggalan sejarah baik berupa prasasti, arca kuno, makam kuno dan situs lainnya yang berserakan di wilayah Kabupaten Rembang perlu mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak. Baik Pemerintah Kabupaten setempat, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah pusat dan stake holder terkait.Â
Menurut Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia dan Tenaga Ahli Cagar Budaya Kabupaten Rembang Drs Edy Winarno,karena keterbatasan anggaran dari Pemerintah Kabupaten Rembang,maka guna meneliti semua potensi yang ada perlu dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pusat. "Pemerintah Kabupaten Rembang bersama DPRD dan stake holder terkait harus memiliki empati yang tinggi. Dengan kepedulian yang tinggi, Â soal anggaran tentunya bisa diajukan ke pemerintahan yang lebih atas," jelas Edy Winarno,Selasa (25/07/2017).Â
    Â
Bahkan, kata Edy Winarno saat ini peneliti Effo Perancis Dr. Veronigue Blood bersama pakar Arkeologi nasional (Arkenas) prof. Agustianto tertarik pada peninggalan bersejarah yang ada di Kabupaten Rembang.  Selama berada di Rembang, tim dari Arkenas ini akan menyusuri beberapa peninggalan bersejarah mulai dari Kiringan, Caruban, situs Majapahit di Jolotundo dan  Sumber girang kesemuanya di Kota tua Lasem, masjid Lasem, Desa Gembleng Mulyo, dan Dukuh Ngreco Langkir,Kecamatan Pancur.Â
Edy menjelaskan peneliti juga tertarik situs perahu kuno Punjulharjo,Kecamatan Rembang serta melihat dan meneliti awal keberadaan Prasasti Sambikalung yang berada di desa Pamotan kecamatan Pamotan,Kabupaten Rembang.
Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia dan Tenaga Ahli Cagar Budaya Rembang Edi Winarno saat mendampingi peneliti tersebut mengatakan, peneliti perancis tertarik prasasti Sambikalung karena selain ukurannya besar juga terdapat tulisan kecil huruf kuno (palawa) berjajar rapi mencapai ratusan yang isinya belum tergali.
Masih menurut Edi Winarno, penemuan situs Sambikalung awalnya terdapat di  pohon Kesambi. Muncul secara keseluruhan setelah pohon kesambi tumbang tahun 1994 dan dilaporkan ke balai Arkeologi Nasional. Namun karena keberadaan prasasti masih misterius menjadi ketertarikan Arkenas dan peneliti Perancis.Â
"Ukuran  prasasti Sambikalung sangat besar, terdapat tulisan kuno yang masih misterius dan belum bisa dikenali karena tulisannya kecil berjajar rapi ukuran sekitar 1 cm, Prasasti ini tidak cukup bisa dimaknai tapal batas, meski ada hal penting yang disampaikan dalam prasasti. Sehingga  perlu upaya meminta bantuan balai arkeologi yogyakarta atau Prambanan yang mempunyai alat lebih canggih untuk menelitinya," jelas Edy yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Kearsipan Dan Perpustakaan Kabupaten Rembang ini. (Ags)