Krjogja.com - REMBANG - Gus Baha, sering kali dalam dakwahnya menyebut nama sosok gurunya Syaikhina Maimoen Zubair atau Mbah Moen.
Sebagai santrinya, hubungan Gus Baha dengan Mbah Moen sangat dekat. Dalam berbagai kesempatan, Gus Baha sering mendampingi Mbah Moen untuk berbagai keperluan hingga dijuluki sebagai santri kesayangan Mbah Moen.
Gus Baha malah kerap dijadikan contoh teladan oleh Mbah Moen saat memberikan nasihat di berbagai kesempatan tentang profil santri ideal. “Santri tenan iku yo koyo Baha’ iku…. (Santri yang sebenarnya itu ya seperti Baha’ itu….)," ungkap Mbah Moen.
Lalu, seperti apa kah sosok Mbah Moen sang guru Gus Baha ini? Mengutip laman MTs Al-Anwar, Sarang, Rembang, mtsalanwar.sch.id, yang juga salah satu unit pendidikan di Ponpes Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah, KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) dikenal sebagai kiai atau ulama kharismatik dari Indonesia.
Selain seorang ulama, Ia juga dikenal sebagai seorang politikus. Putra pertama dari pasangan Kiai Zubair Dahlan dan Nyai Mahmudah ini lahir di Karang Mangu Sarang hari Kamis Legi bulan Sya'ban tahun 1347 H atau 1348H atau 28 Oktober 1928.
Dari jalur silsilah kakek, nasab Mbah Moen sampai kepada Sunan Giri. Sedangkan dari jalur silsilah Nenek yaitu Nyai Hasanah binti Kiai Syu’aib bin Mbah Ghozali bin Mbah Maulana (Mbah Lanah seorang bangsawan Madura yang bergabung dengan pasukan Pangeran Diponegoro).
Ayahnda Mbah Moen, Kiai Zubair, adalah murid pilihan dari Syaikh Sa’id Al-Yamani serta Syaikh Hasan Al-Yamani Al- Makky. Kedua guru tersebut adalah sosok ulama yang tersohor di Yaman.
Mbah Moen menikah dengan Nyai Hj Fatimah yang merupakan anak dari KH Baidhowi Lasem. Istrinya Hj Fatimah meninggal dunia pada tanggal 18 Oktober 2011. KH Maimun Zubair (Mbah Moen) juga diketahui menikah dengan wanita bernama Nyai Masthi’ah, anak dari KH Idris asal Cepu.
Nama-nama putra-putri Mbah Moen diantaranya KH Abdullah Ubab, KH Gus Najih, KH Majid Kamil, Gus Abd Ghofur, Gus Abd. Rouf, Gus M Wafi, Gus Yasin, Gus Idror, Sobihah (Mustofa Aqil) dan Rodhiyah (Gus Anam).
Dalam riwayat pendidikannya, sejak kecil Mbah Moen sudah dibimbing langsung oleh orangtuanya dengan ilmu agama yang kuat, mulai dari menghafal dan memahami ilmu Shorof, Nahwu, Fiqih, Manthiq, Balaghah dan bermacam Ilmu Syara’ yang lain.
Pada usia yang masih muda, Mbah Moen sudah hafal beberapa kitab di luar kepala. Diantaranya Al-Jurumiyyah, Imrithi, Alfiyyah Ibnu Malik, Matan Jauharotut Tauhid, Sullamul Munauroq serta Rohabiyyah fil Faroidl. Selain itu, Ia juga mampu menghafal kitab fiqh madzhab Asy-Syafi’I, seperti Fathul Qorib, Fathul Mu’in, Fathul Wahhab dan lain sebagainya.
Pada tahun 1945 Guru Gus Baha ini memulai pendidikannya ke Pondok Lirboyo Kediri di bawah bimbingan KH Abdul Karim atau yang biasa dipanggil dengan Mbah Manaf. Selain kepada Mbah Manaf, beliau juga menimba ilmu agama dari KH Mahrus Ali juga KH Marzuqi.
Setelah selesai, kemudian kembali ke kampungnya, mengamalkan ilmu yang sudah didapat. Kemudian pada 1950, Mbah Moen berangkat ke Mekkah bersama kakeknya sendiri, yaitu KH Ahmad bin Syu’aib untuk belajar dengan ulama di Mekkah.
Di antaranya adalah Sayyid Alawi al-Maliki, Syekh al-lmam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly. Disana ia belajar selama 2 tahun.
Pada 1952, Mbah Moen kembali ke Tanah Air. Setiba di Indonesia Mbah Moen kemudian melanjutkan belajar ke beberapa ulama di tanah Jawa. Guru-gurunya adalah Kiai Baidhowi, Kiai Ma’shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abui Fadhol Senori (Tuban), dan beberapa kiai lain.
Setelah dirasa cukup untuk menimba ilmu, akhirnya Mbah Moen kembali ke Sarang dan mengabdi kepada masyarakat di sana. Pada 1965, Mbah Moen mendirikan Pesantren Al-Anwar. Pesantren ini kemudian menjadi rujukan para orang tua, untuk memondokan anaknya belajar kitab kuning dan turats.
Hingga akhirnya, masyarakat Sarang mengenal KH Maimoen Zubair sebagai sosok ulama yang kharismatik.
Mbah Moen wafat di Mekah pada Selasa, 6 Agustus 2019 saat menunaikan ibadah haji.
Mbah Moen dimakamkan di pemakaman Ma’la Makkah, Arab Saudi pada usia 90 tahun. (Sal)