Krjogja.com - KUDUS - Proses awal screening terhadap 1.741 atlet putra- putri usia dini kelompok U-11 dan U-13 dengan bermain lima menit langsung digelar usai pembukaan Audisi Umum Persatuan Bulutangkis (PB) Djarum 2022 di GOR Djarum Jati Kudus, Rabu (19/10). Jumlah peserta audisi yang memperebutkan Djarum Beasiswa Bulutangkis dari Bakti Olahraga Djarum Foundation itu mengalami penurunan dari jumlah pendaftar sebelumnya sebanyak 2.334 atlet. Penurunan terjadi karena peserta yang mendaftar lewat website atau online diketahui tidak melakukan regrestasi ulang hingga pendaftaran ditutup.
Di tengah gegap gempitanya pagelaran Audisi Umum hari pertama, di ruang media center dilangsungkan peluncuran buku berjudul "Pembinaan Badminton Berbasis Sport Science" karya Basri Yusuf, mantan atlet pelatnas dan pelatih bulutangkis internasional yang langsung hadir di tempat itu. Serial buku olahraga baru itu mengupas tentang pentingnya penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi atau sport science terhadap pembinaan atlet usia dini untuk membentuk atlet badminton (bulutangkis) yang bermental juara dan berprestasi di level dunia. Sport science sangat berpengaruh terhadap pembibitan maupun bekal bagi karier para atlet, selain bakat dan juga penguasaan teknik.
Basri Yusuf, yang juga Ketua Umum Pengprov PBSI Jawa Tengah mengatakan, pelatihan berbasis sport science ini sangat penting untuk pembinaan atlet jangka panjang. Selain itu, metode tersebut mampu membantu pelatih mengeluarkan potensi terbaik dari para atlet bulutangkis yang mereka bina.
Buku itu membedah mengenai pendekatan sport science, program pelatihan, kejuaraan, dan pemulihan berdasarkan kronologi biologis dalam tiga bagian, yaitu sebelum puber, pada saat puber dan setelah puber. Di setiap pertumbuhan atlet itu harus dimaksimalkan secara keseluruhan sesuai dengan tahapannya, bukan kronologi usianya.
Program pelatihan di buku ini dibagi ke dalam enam tingkatan berdasarkan kelompok usia. Melalui enam tahapan ini, Basri sekaligus menegaskan bahwa prestasi tidak dapat diraih dengan cara instan, namun melalui pembinaan jangka panjang. "Jangka panjang itu bisa dalam kurun waktu 10 tahun atau 10 ribu jam latihan. Penggunaan sport science membantu dalam menganalisa lebih banyak hal dan efekif bagi pembinaan," ungkapnya.
Awal mula ide menulis buku ini, menurutnya, muncul pada tahun 2005 ketika menetap di Singapura. Mantan atlet yang memulai karier sebagai pemain Pelatnas di tahun di1975 menyatakan,
buku ini merupakan kristalisasi dari pengalamannya sebagai pemain, pelatih sejak 1980, pengurus, dan sekaligus trainer bagi para pelatih. Perjalanan panjang tersebut menginspirasi setiap kata yang tertuang dalam buku ini. "Idealisme sekaligus kepedulian terhadap masa depan prestasi badminton Indonesia adalah keyakinan yang tidak bisa ditawar,” tegas Basri Yusuf yang pernah menjadi pelatih Hariyanto Arbi dan Denny Kantono.
Ditambahkan, konsep pelatihan yang tepat mampu mengatasi banyak masalah atau kesalahan yang biasa terjadi. Seperti rendahnya pelatihan atau pelatihan yang berlebihan (over training), pemberian beban dan intensitas latihan orang dewasa kepada atlet muda, sistem pelatihan yang tidak spesifik, program kompetisi dan pelatihan sesuai usia, hingga kelalaian dalam melatih gerakan dan keterampilan.
“Saya berharap buku ini dapat menjadi referensi kepelatihan bulutangkis yang berorientasi pada mencetak atlet berprestasi kelas dunia," pungkas pemilik nama lengkap Akhmad Khafidz Basri Yusuf.
Sementara itu, Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation yang juga Ketua PB Djarum, Yoppy Rosimin menyambut positif diluncurkannya buku "Pembinaan Badminton Berbasis Sport Science". Karya ini penting bagi para pelatih usia dini agar diterapkan kepada atlet binaan, maupun orangtua untuk membaca buku ini sebagai panduan anaknya terjun sebagai atlet. “Buki ini penting sebagai bekal untuk aspek pelatihan atlet usia dini," tandasnya. (Trq)