Namun hingga hari ketiga, jumlah peserta yang tersisa hanya tinggal 192 atlet.
Audisi ini tetap menjadi salah satu jalur utama pencarian bibit unggul bulutangkis Indonesia.
Para peserta akan melalui fase turnamen dan karantina sebelum dipilih untuk bergabung sebagai atlet binaan PB Djarum.
Namun, yang menarik, ada kabar baik bagi mereka yang selama ini terhalang biaya dan jarak untuk ikut serta.
Ketua Umum PB Djarum sekaligus Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin, mengungkapkan bahwa mulai tahun depan, Audisi Umum tidak lagi hanya digelar di Kudus, melainkan akan diperluas ke beberapa kota lain, termasuk di luar Pulau Jawa.
“Tahun 2026, kami rencanakan audisi digelar di lebih dari satu kota, bisa dua, tiga atau empat. Dan salah satunya pasti di luar Jawa, bisa di Sumatera, Kalimantan, atau Sulawesi," ungkap Yoppy.
Keputusan ini diambil setelah pihaknya menyadari bahwa banyak talenta istimewa berasal dari daerah yang jauh dari pusat turnamen.
Selama ini, keterbatasan biaya dan akses menjadi penghalang terbesar bagi anak-anak berbakat dari luar Jawa untuk mengikuti audisi atau turnamen resmi.
"Kami sering melihat anak-anak super berbakat di daerah, tapi mereka tidak bisa ikut audisi karena keterbatasan."
"Saat audisi hadir lebih dekat, peluang mereka untuk ditemukan akan jauh lebih besar," jelas Yoppy.
Tim pelatih PB Djarum sejatinya aktif memantau berbagai turnamen di seluruh Indonesia.
Namun, audisi langsung di daerah akan membuka jalan lebih lebar bagi bakat-bakat tersembunyi untuk unjuk kemampuan tanpa harus berpikir soal ongkos perjalanan.
Sementara itu, Hendrawan, legenda bulutangkis Indonesia yang kini menjadi Technical Advisor Men's & Women's Singles PB Djarum, menambahkan bahwa bakat saja tidak cukup.
Untuk bisa bergabung di PB Djarum dan menjadi atlet nasional, seorang pemain harus memiliki kombinasi teknik dasar yang kuat, mental tangguh, dan kemauan belajar tinggi.
“Selain bakat, yang kami lihat adalah kedisiplinan, ketekunan, dan kemauan bertumbuh. Fisik, teknik, dan mental semua diuji."