“Torehan medali perak patut syukuri, karena untuk bisa melaju hingga ke babak final bukan perkara mudah,” ungkapnya.
Kenshi Hanum Batari sendiri mengaku, perolehan medali perak cukup membanggakan, dan ke depan ia ingin meningkatkan performa lebih baik lagi.
“Meski gagal meraoh emas, saya tetap bersyukur bisa mempersembahkan medali untuk kontingen DIY,” katanya, diamini kenshi peraih perunggu DIY, Anindia Nurlaely.
Sementara itu, dari kubu Lampung, sejarah tercipta lewat Vina Febriana Hasan yang meraih emas perdana untuk kontingennya di nomor Randori Putri +70 kg.
Vina tampil luar biasa meski harus bertanding selama hampir 40 menit melawan Nining Ardykara Ar dari Sulawesi Tenggara, empat kali lipat durasi normal pertandingan kempo.
“Demi emas, apa pun saya lakukan. Bibir saya jontor, tapi tidak apa-apa,” ucap Vina yang juga seorang ASN dan ibu satu anak.
Berbeda dengan Kempo, cabang Pencak Silat hingga Senin (20/10) masih berada di fase penyisihan dan belum ada medali yang diperebutkan.
Pertandingan semifinal dan final Pencak Silat baru akan digelar pada Selasa (21/10) dan Rabu (22/10).
Sementara itu, Jawa Tengah (Jateng) menunjukkan dominasinya di cabang Sambo dengan torehan sementara 5 emas, 3 perak, dan 5 perunggu.
Kontingen DKI berada di peringkat kedua dengan 4 emas dan 2 perunggu, serta Jawa Barat meraih 3 emas, 2 perak dan 6 perunggu.
Pelatih Sambo Jateng, Sunoto, mengungkapkan bahwa timnya mengincar peluang di nomor Combat yang cenderung kurang dikuasai provinsi lain seperti Jawa Barat dan Sumatera Utara yang unggul di nomor Sport.
Dari 19 atlet yang diturunkan Jateng, lima medali emas berhasil diraih, empat di antaranya dari nomor Combat dan satu dari nomor Sport.
“Target awal kami lima emas sudah tercapai. Besok masih ada empat atlet bertanding, semoga bisa menambah setidaknya satu emas lagi,” ujar Sunoto optimis.
Salah satu atlet Sambo Jateng, Muhammad Sandi Pramana, peraih medali perak, mengaku belum puas dengan hasil yang diraih.