Krjogja.com - KUDUS - Pembebasan tanaman semusim di kawasan hutan Pegunungan Kendeng Desa Wonosoco Kecamatan Undaan Kudus dipercepat, diharapkan akhir 2016 ini sudah tuntas. Saat ini area hutan di kawasan Wonosoco mencapai 400 hektare.
Sekitar 75 persen di antaranya dalam kondisi rusak, antara lain disebabkan adanya penebangan liar, kebakaran dan berubah fungsi menjadi lahan pertanian tanaman semusim seperti jagung.
Baca Juga: PWI DIY dan GKR Mangkubumi Bersepakat Mendorong Jurnalisme Berkeadaban di Tengah Arus Digital
Camat Undaan Kudus Catur Widiyatno mengatakan, pembebasan tanaman semusim hingga kini baru mencapai sekitar 30 persen. Masih ada puluhan hektare lahan yang hingga kini masih dimanfaatkan masyarakat untuk tanaman semusim.
“Kita lakukan bertahap, karena melibatkan banyak pihak. Kami berharap akhir tahun ini tidak ada lagi tanaman semusim di kawasan hutan Wonosoco,” ujarnya, Kamis (14/7).
Pembebasan tamanan semusim, penting dilakukan untuk mengantisipasi perubahan kondisi cuaca ke depan yang semakin ekstrim. Perlu penghijauan kembali hutan dengan tanaman keras seperti mahoni dan sengon, serta beberapa jenis tanaman produksi antara lain jamblang, rambutan, klengkeng dan pete. Tujuannya untuk menahan air untuk menanggulangi terulangnya banjir bandang yang terjadi hampir setiap tahun.
Baca Juga: Warga Bersyukur, DPRD Wujudkan Aspirasi
Selain itu mencegah tanah longsor, serta kekeringan yang dapat memicu terjadinya kebakaran hutan. “Tanaman semusim masih banyak kita jumpai di blok selatan dan daerah perbatasan hutan kabupaten tetangga seperti Pati. Padahal di kawasan itu rrencananya akan dibangun lapangan tembak, serta untuk latihan perang semesta. Tempat itu harus steril,” terangnya.
Pihaknya segera melakukan koordinasi dengan pihak Kodim 0722 Kudus serta pihak Perhutani untuk merealisasikan rencana itu. Juga akan berkoodinasi dan bekerjasama dengan pemangku wilayah perbatasan, dalam hal Camat Sukolilo Kabupaten Pati.
“Kawasan hutan harus bebas dari tanaman semusim. Selain untuk mencegah terjadinya bencana, juga mensterilkan wilayah dari aktivitas warga karena di kawasan itu akan digunakan untuk kepentingan latihan menembak dan latihan perang semesta,” tegasnya.
Beberapa waktu lalu pihaknya dan unsur terkait sudah melakukan pendekatan kepada 135 petani penggarap. Mereka sebagian besar bukan merupakan warga Kecamatan Undaan tetapi kabupaten tetangga (Pati) yang menggarap lahan di sekitar Kendeng.
Kades Wonosoco Setya Budi mengakui, sebagian besar petani penggarap lahan di pegunungan Kendeng bukan berasal dari wilayahnya. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan petani hutan asal desa setempat. Mereka sudah bersedia untuk tidak lagi menanam tanaman semusim di hutan Pegunungan Kendeng. Sebagai gantinya, lahan kering yang belum banyak dimanfaatkan di Desa Wonosoco akan dioptimalkan.—(Trq)--