YOGYA, KRJOGJA.com - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengumpulkan pimpinan universitas dan para dekan jurusan di Alana Malioboro, Jumat (24/12/2021). UMY membahas lebih jauh perwujudan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang diinisiasi Kementrian Pendidikan Kebudayaan dan Riset Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Wakil Rektor Bidang Akademik UMY, Sukamta, mengatakan tahun 2021 UMY mendapatkan total dana riset senilai Rp 1,8 miliar dari Kemendikbud Ristek. Total dana tersebut diperuntukkan untuk kepentingan riset dan pengabdian pada masyarakat.
“Hari ini, kami kumpulkan pimpinan universitas dan dekan-dekan untuk melakukan FGD terkait implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka termasuk bagaimana ke depan akan diimplementasikan di UMY. Menurut kami, selama ini ada keselarasan bahwa ide dari Mas Menteri Nadiem itu sudah dilakukan UMY sejak 2017,†ungkapnya pada wartawan di sela FGD.
UMY sendiri menghasilkan cukup banyak penelitian dan program pemberdayaan masyarakat sepanjang tahun 2021. Beberapa di antaranya yakni sistem penyaring udara untuk klinik bernama CleanMY juga pelatihan pembuatan konten video dari handphone untuk guru-guru TK di DIY.
CleanMY sendiri dikreasi tim di bawah Ir Agus Jamal juga salah satu anggotanya Maria Ulfa. Alat tersebut dibuat saat pandemi Covid melanda dan klinik-klinik kesulitan melakukan pengadaan sistem penyaring udara yang harganya terlalu mahal.
“Muhammadiyah punya banyak klinik, kami berusaha membuat sistem pembersih udara untuk faskes atau klinik, yang keuangannya terbatas. Setting ruangan khusus infeksi butuh investasi besar. Kami coba buat sistem sama dengan modifikasi ultraviolet, ultrasonic dan hepavilter. Saat ini sudah terpasang di klinik Hemodialisis Nitipuran, Poli Gigi Pratama Firdaus, dan di IGD RS AMC,†ungkap Maria Ulfa pada wartawan.
CleanMY sendiri bekerja membersihkan udara, yakni exhause menyedot udara, kemudian ditreatment dengan ultraviolet, ultrasonic dan hepa baru dikeluarkan. Alat yang dibuat UMY diklaim jauh lebih murah daripada alat sejenis yang skalanya besar.
“Kami memanfaatkan bahan yang ada di Indonesia. Kita hanya impor alat-alat ukurnya. Misalnya untuk UV ada beberapa gelombang, berapa nano meter atau panjang gelombang untuk membunuh mikroorganisme, ini belum ada di Indonesia, jadi kita impor. Lainnya dibuat lintas disiplin ilmu di UMY,†pungkasnya. (Fxh)