Krjogja.com - KARANGANYAR - Embung Jungke di wilayah Kelurahan Jungke, Karanganyar seakan terlupakan. Aset pengairan milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah ini tak lagi dilirik untuk membantu petani mencukupi kebutuhan tanaman pangan. Tak seperti zaman kolonial Belanda yang keberadaannya vital untuk mengairi ladang tebu.
Komoditas tanaman perkebunan itu mendongkrak perekonomian masyarakat setempat yang menggantungkan hidupnya dari geliat Pabrik Gula Tasikmadu. Kini setelah produksi gula di pabrik itu nyaris berhenti, ladang-ladang bebas ditanam apa saja, terutama padi.
Makin luas persawahan, maka makin banyak pula opsi sumber pengairan. Petani lebih menyukai aliran air konstan dari Waduk Delingan dan Waduk Lalung. Dua waduk ini dibangun setelah masa kemerdekaan. Baru-baru ini, pemerintah membangun pula dua waduk berkapasitas lebih besar yakni Waduk Jlantah dan Waduk Gondang.
Sekretaris Gabungan Petani Pemakai Air (GP3A) Sidomakmur Jungke, Supriyanto mengatakan kondisi embung itu kini kering kerontang. Sumber air waduk ini selain tadah hujan juga sudetan aliran Waduk Delingan dan Sungai Siwaluh. Saat musim penghujan, air di Embung Jungke dapat dibagi ke Daerah Irigasi Jetu. "Embung ini efektifnya di penghujan. Di kemarau kering. Dasar embung bisa dipakai main sepak bola," kata Supriyanto, Kamis (05/10/2023).
Embung ini berukuran panjang 125 meter lebar 60 meter dan kedalaman 2,5 meter. Dulunya, aset tersebut bondo deso kemudian diakuisisi pemerintah di masa kemerdekaan. Seingat Supriyanto, Embung Jungke pernah diperbaiki lebih dari 10 tahun silam. Kondisi saat ini dipenuhi semak belukar.
"Bangunan induk gaya kolonial Belanda. Bawahnya pintu air dan pengatur elevasi. Lebih dari 10 tahun lalu ada perbaikan tembok talud bagian dalam. Sampai sekarang belum ada lagi," katanya.
Jika pemerintah provinsi Jawa Tengah menyeriusi keberadaan embung ini, ia menyarankan perbaikan saluran masuk air pada talud berukuran panjang 60 meter. Kemudian pengerukan sedimentasi untuk memaksimalkan penampungan air.
"Di Jungke ada 140 hektare sawah. Embung ini tak banyak tampungannya karena tinggi sedimentasi. Petani empat kelompok di Jungke juga enggak banyak berharap dari embung ini. Kebanyakan sudah mandiri bikin sumur pompa," katanya.
Kasi Pengairan DPUPR Karanganyar Joko Widodo mengatakan embung Jungke masuk aset Pemprov Jawa Tengah. Dari enam embung di Karanganyar aset Pemprov, hanya Embung Jungke saja yang belum tersentuh perbaikan.
"Kita enggak tahu kebijakan Pemprov. Kenapa embung Jungke enggak diperbaiki. Sedangkan lima lainnya sudah pernah ada perbaikan," katanya. (Lim)