Memaafkan Adalah Kekuatan, Tokoh Lintas Iman Syawalan di UIN Suka

Photo Author
- Rabu, 17 April 2024 | 16:40 WIB
 Suasana Syawalan Tokoh Lintas Iman di UIN Suka   (istimewa)
Suasana Syawalan Tokoh Lintas Iman di UIN Suka (istimewa)


KRJogja.com, YOGYA - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar Syawalan/Halal Bi Halal bersama Tokoh Lintas Iman di Gedung Prof HM Amin Abdullah (Multipurpose), Selasa (16/4/2024). Kegiatan tersebut mengusung tema 'Mensyukuri Nikmat Perdamaian dalam Perbedaan'.

"Balasan keburukan adalah keburukan. Barangsiapa memaafkan dan berbaik hati maka pahalanya ada pada Tuhan. Tuhan tidak menyukai orang yang melebihi batas. Memaafkan adalah kekuatan," tutur Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof H Al Makin.

Dikatakan Prof Al Makin, Halal Bi Halal atau Syawalan merupakan penemuan, bid’ah, inovasi atau heretik tradisi asli nusantara. Idul Fitri di Timur Tengah tidak seperti di Nusantara. Sebaliknya, di Timur Tengah Idul Adha dengan penyembelihan hewan qurban identik dengan berdoa dan berpesta.

"Kekhasan tradisi minta maaf lahir batin pada momen Idul Fitri nusantara, hingga terlahir istilah minta maaf lahir batin dalam berbagai bahasa daerah," sambungnya.

Menurut Prof Al Makin, meminta maaf menunjukkan kekuatan, bukan kelemahan. Meminta maaf perlu nyali, keberanian, kejantanan dan menahan malu. Meminta maaf bukan orang lemah, tetapi orang kuat. Sedangkan memaafkan adalah tanda kebahagiaan. Orang yang kuat adalah yang minta maaf, orang bahagia adalah yang memaafkan.

Sejumlah Tokoh Lintas Iman berkesempatan memberikan refleksi dalam kesempatan tersebut. Rektor Universitas Sanata Dharma Romo Albertus Bagus Laksana SJ SS PhD mewakili Katolik menyampaikan Halal bihalal lintas iman, mensyukuri kebersamaan, menciptakan gelombang kebaikan, saling mengunjungi, saling menghormati dapat bercermin siapa diri kita sendiri. "Melangkah bersama adalah undangan Tuhan. Menerima orang lain dengan lapang adalah cara untuk mendapatkan nikmat kebersamaan dan perdamaian," jelasnya.

Pendeta Fendi Susanto mewakili Kristen menyampaikan, satu hal dalam konteks agamanya bahwa Sunan Kalijaga adalah pribadi diyakini Sunan Tanah Jawa yang memiliki kearifan lokal, mengajarkan keislaman melalui budaya, seni dan makanan yang difilosofikan. Melalui folosofi Sunan kalijaga ini, semua agama melakukannya.

"Dalam keluarga Jawa yang berbeda beda agama bisa bersatu melalui filosofi makanan Jawa," ungkapnya.

Slamet Basuki mewakili Sapta Dharma menyampaikan, dengan puasa Ramadan umat muslim menjadi pribadi yang dimuliakan Allah. (Feb)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Menteri Agama Luncurkan Dana Paramita bagi ASN Buddha

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:21 WIB

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

Unpad Bandung Juara I UII Siaga Award 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:30 WIB
X