Krjogja.com - BANTUL - Siapapun, baik individu, kelompok, masyarakat, bangsa dan negara manapun tidak permah berharap terjadi krisis kesehatan. Kalau mau jujur, masyarakat Indonesia belum memiliki literasi kebencanaan secara memadai, termasuk krisis kesehatan. Krisis kesehatan itu adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa, korban luka/sakit, pengungsian.
Krisis kesehatan adanya potensi bahaya yang berdampak pada kesehatan masyarakat membutuhkan respons cepat di luar kebiasaan normal. Sekali lagi, masyarakat Indonesia belum memiliki wawasan, literasi kebencanaan, krisis kesehatan yang memadai, dibandingkan negara lain, seperti Taiwan, Jepang.
Demikian ditegaskan Dr Sumarjaya SKM MM MFP CFA selaku Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes di Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Ahmad Dahlan (FK-UAD) saat menyampaikan materi 'Penanggulangan Krisis Kesehatan Pada Situasi Bencana' pada acara 'Simulasi Akbar Kebencanaan' di Gedung FK UAD, kampus 4 Ringroad Selatan Bantul, Sabtu (13/07/2024). Kegiatan tersebut diselenggarakan FK-UAD bersama Muhammadiyah Disaster Management Center/MDMC PP Muhammadiyah.
Baca Juga: Kejari Boyolali Sediakan Ratusan Buku di Reading Corner Bandara Adi Soemarmo
Kegiatan tersebut diberi pengantar Prof Dr dr Rusdi Lamsudin SpS(K) MMedSc (Dekan FK - UAD), H Budi Setiawan MT (Ketua MDMC PP Muhammadiyah), Drs Pangarso Suryoutomo (Badan Nasional Penanggulangan Bencana /BNPB) dan dibuka Rektor UAD Prof Dr Muchlas MT. Usai pembukaan dan pemberian materi krisis kesehatan dilakukan Geladi Lapang Kebencanaan UAD.
Menurut Sumarjaya, krisis kesehatan itu karena faktot alam, non-alam, sosial. Krisis kesehatan membutuhkan respons yang cepat. Respons itu dengan menyelamatkan nyawa, mencegah kedisabilitasan, memastikan pelayanan kesehatan esensi tetap berjalan. Dalam kondisi seperti ini perlu kebersamaan dengan peran masing-masing dengan upaya kesiapsiagaan.
Dijelaskan Sumarjaya, upaya kesiapsiagaan dengan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, baik manajerial maupun teknis, simulasi, geladi bidang kesehatan. Selain itu, pemberdayaan masyarakat, membentuk Emergency Medical Team (EMT), Tim Rapid Health Assesment (RHA). Tak kalah pentingnya menyiapkan logistik kesehatan yang memadai, mengembangkan sistem peringatan dini.
Sebelumnya Rektor UAD saat membuka acara mengatakan, adanya simulasi kebencanaan, selaku pimpinan UAD mengaku bangga, haru dan bahagia.
Baca Juga: Temu Karya Sastra 2024 Sangat Berkesan di Hati Peserta
"Ternyata masih banyak orang mendedikasikan diri dalam kesukarelawanan kebencanaan," ujarnya. Simulasi ini sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi bencana yang tidak terduga. "Bagi Fakultas Kedokteran UAD memang sejak awal memiliki spesifikasi kedokteran kebencanaan," ucapnya.
Sementara itu, Budi Setiawan dalam sambutan mengingatkan, kesiapsiagaan menghadapi bencana itu sangat penting. "Masyarakat Yogya punya pengalaman bencana Gempa Bumi tahun 2006. Gempa tidak bisa diprediksi, tetapi ilmu pengetahuan dan kesiapsiagaan bisa mencegah bencana." tandasnya. (Jay).