Kraton Yogyakarta adakan Simposium Internasional, Tunjukkan Prajurit dan Pakaian yang Ada Sejak Era Sultan HB I

Photo Author
- Sabtu, 12 April 2025 | 15:55 WIB
 Saat prajurit Kraton unjuk kebolehan di depan peserta dan tamu simposium internasional  ((Harminanto))
Saat prajurit Kraton unjuk kebolehan di depan peserta dan tamu simposium internasional ((Harminanto))

 

Krjogja.com - SLEMAN - Kraton Yogyakarta menggelar simposium internasional di Royal Ambarrukmo yang dibuka, Sabtu (12/4/2025). Dalam momen tersebut selain membahas paper ilmiah terkait aparatur nagari, Kraton Yogyakarta juga menunjukkan detail prajurit Kraton yang telah ada sejak masa Sultan HB I.

GKR Hayu, Ketua Panitia International Symposium on Javanese Culture 2025, yang juga Penghageng Tepas Tanda Yekti mengatakan tahu. 2025 ini, pihaknya memanf berfokus pada aparatur nagari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Kraton secara khusus ingin menunjukkan aparatur nagari yang selama ini mungkin belum dikenal secara luas.

"Bahwa aparatur nagari bukan hanya prajurit Kraton. Mungkin visual banyaknya itu tapi abdi dalem baik administratif, operasional juga merupakan aparatur nagari. Kami ingin mempelajari perjalanan waktu, ada yang hilang, ada yang baru. Misalnya Tanda Yekti, sistem peradilan hilang karena kita bergabung dengan Indonesia. Ini diulas secara mendalam," ungkap Hayu usai pembukaan simposium.

Baca Juga: PMI Bantul Kekurangan Stok Darah di Akhir Lebaran

Dalam momen tersebut, Kraton ingin memberikan kesempatan pada peneliti muda Indonesia untuk berada satu panggung dengan peneliti internasional. Tahun ini ada 92 paper yang diseleksi 4 reviewer, dari Jerman, Prancis dan Indonesia.

"Di satu sisi, Kraton juga ingin belajar dengan detail karena selama ini budaya di Kraton itu verbal, kami ingin memulai segala sesuatu terdokumentasikan dengan baik. Arsip kami coba rekonstruksi, seragam prajurit misalnya, seperti apa. Saat ini kami coba apapun yang baru didokumentasikan dengan lengkap," tambah Hayu.

Hayu juga mengatakan bahwa Kraton juga ingin menyampaikan bahwa prajurit merupakan kagungan dalem yang utamanya mengabdi pada Ngarsa Dalem. Lewat simposium internasional ini, Kraton ingin mempublikasikan dengan lebih detail agar dipahami masyarakat.

Baca Juga: PMI Bantul Kekurangan Stok Darah di Akhir Lebaran

"Ngarsa Dalem pernah dawuh, Kraton harus mandiri dan kegiatan ini bukan sesuatu yang tourist attraction, ini agenda wajib Kraton. Ada anggaran atau tidak, dais atau tidak, tetap kami laksanakan. Bregada rakyat yang ada di masyarakat itu bukan replika justru tak boleh madani. Tapi banyak yang membimbing itu prajurit Kraton. Tapi justru tak boleh menyamai. Proses jadi prajurit Kraton itu tak mudah, antrenya panjang karena tidak ada pensiun. Kami terus sosialisasi agar tidak bregada rakyat menyamai tapi tidak kehilangan jati dirinya," tambah Hayu.

Sementara GKR Bendara, Ketua Panitia Pameran Hamong Nagari, menambahkan saat ini menjadi tahun ketujuh, kegiatan berkait dengan Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengkubawono Ka 10. Tema aparatur nagari, diangkat untuk menghadirkan sesuatu yang baru.

"Tema di Kraton masih banyak yang bisa digali, masih banyak judul menarik yang bisa digali. Tujuh tahun ini kami terus belajar update informasi dan meningkatkan kualitas pameran dan simposium. Tahun ini sampai dua tahun ke depan menjadi tantangan karena Tingalan Jumenengan Dalem berada pada momen puasa. Namun kreativitas di Kraton terus dilakukan," pungkas Bendara. (Fxh)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Menteri Agama Luncurkan Dana Paramita bagi ASN Buddha

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:21 WIB

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

Unpad Bandung Juara I UII Siaga Award 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:30 WIB
X