Krjogja.com - Tel Aviv - Perdana Menteri Libya Abdul Hamid Dbeibeh memberhentikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Najla Mangoush setelah muncul laporan bahwa dia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen.
Libya, yang merupakan penyokong kuat perjuangan Palestina, tidak mengakui Israel. Kabar pertemuan Najla dan Eli pun memicu protes di kalangan negara Arab.
Menlu Israel melukiskan pertemuan bersejarahnya dengan Najla merupakan langkah pertama dalam menjalin hubungan dengan Libya. Israel tengah gencar berupaya membangun hubungan yang lebih erat dengan negara-negara Arab dan mayoritas muslim yang tidak secara resmi mengakuinya.
Namun, Dewan Kepresidenan Libya menegaskan bahwa normalisasi hubungan dengan Israel adalah tindakan ilegal. Sementara itu, ketua parlemen menuduh Najla melakukan pengkhianatan besar dan PM Abdul Hamid Dbeibeh merujuknya untuk diselidiki.
Pengumuman Israel bahwa perundingan dengan Libya telah berlangsung cukup mengejutkan, mengingat Israel tidak menjalin hubungan dengan Libya. Selain itu, pengakuan Israel juga dinilai terlalu rinci, yang diduga dimaksudkan untuk mengimbangi bantahan dari pihak Libya.
Israel mengakui bahwa pertemuan berlangsung di Roma, di mana Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani menjadi tuan rumah.
Pada Senin (28/8/2023), seorang pejabat Israel mengatakan kepada BBC bahwa pertemuan tersebut telah direncanakan sebelumnya dan bukan kebetulan, seperti yang diakui Kementerian Luar Negeri Libya.
Mengomentari isu ini, pemimpin oposisi Israel Yair Lapid menuduh Kementerian Luar Negeri Israel bertindak amatir dan tidak bertanggung jawab, serta melakukan kegagalan penilaian yang serius.
Benny Gantz, pemimpin oposisi Israel lainnya menuduh pemerintah Israel melakukan segala sesuatu demi PR (public relation) dan berita utama, tanpa tanggung jawab dan pikir panjang. (*)