Krjogja.com - SLEMAN - Ratusan mahasiswa UGM berkemah di halaman gedung utama kampus (Balairung) lima hari terakhir. Mereka menyuarakan tuntutan pembatalan kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) juga Iuran Pengambangan Institusi (IPI) yang dinilai memberatkan mahasiswa.
Aksi berkemah itu dimulai sejak Senin 27 Mei lalu dan bertahan hingga Jumat 31 Mei ini. Mahasiswa menuntut penghapusan IPI atau uang pangkal juga pengembalian UKT tetap menjadi delapan golongan.
Baca Juga: Kantor ATR/BPN Bantul Siap Mengimplementasi Program Sertifikat Tanah Eletronika
"Kami tetap bertahan sampai tuntutan kita dicapai. Sampai tuntutan kita dipenuhi Bu Ova (rektor Ova Emilia). Yang manapun entah itu nanti adanya represi dari aparat tetap bertahan di sini," ungkap Humas Aliansi Mahasiswa UGM, Maulana.
Menurut Maulana, tuntutan mereka jelas penghapusan uang pangkal dari semua jenjang dan jalur, serta pengembalian UKT menjadi delapan golongan. "Kami akan tetap di sini, sampai uang pangkal ini dihapuskan dari semua jenjang dan jalur," tandasnya.
Baca Juga: PNM Peduli Gelar Bakti Sosial di 25 Masjid, Dalam Rangka HUT PNM ke 25 Tahun
Aksi di hari Jumat 31 Mei ini sempat memunculkan beberapa kali saling dorong antara mahasiswa dan petugas keamanan UGM. Penyebabnya, kampus meminta mahasiswa untuk kembali ke kediaman masing-masing karena lapangan tempat berkemah akan digunakan untuk upacara Hari Lahir Pancasila 1 Juni.
Dari pengamatan KRjogja.com hingga pukul 19.00 tadi, upaya persuasif terus dilakukan di antaranya melalui dosen dan juga Sekretaris Direktorat Kemahasiswaan Dr Hempri Suyatna. Namun tampaknya mahasiswa tetap bertahan dengan keputusan aksinya.
Baca Juga: Pemimpin dan Pengusaha
Sebelumnya, Sekretaris UGM, Andi Sandi mengatakan bahwa lapangan Balairung akan digunakan sebagai tempat upacara Hari Lahir Pancasila 1 Juni. UGM menurut Andi bukan tidak mengakomodasi aspirasi mahasiswa, namun kampus tak memiliki wewenang memenuhi tuntutan terkait peraturan menteri.
"Ini bukan ranah rektor UGM karena itu di Kementrian. Bukan tidak boleh disampaikan, silahkan diajukan namun tidak pas ketika diutarakan pada rektor UGM," ungkapnya.
Baca Juga: PGN Sebagai Solusi Energi Terintegrasi di Masa Transisi Energi
UGM meminta mahasiswa untuk bergeser karena lokasi tersebut digunakan untuk upacara Hari Lahir Pancasila. Kampus menyatakan bahwa ada aturan terkait upacara yang mengatur detail, salah satunya Hari Lahir Pancasila.
"Kami tetap berharap mahasiswa kembali ke rumah masing-masing. Upacara tetap akan kami lakukan dan tak mungkin upacara digagalkan hanya karena ada momen seperti ini," pungkasnya. (Fxh)