Krjogja.com - Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia tidak terbebas dari ujian global. Ada tiga indikator yang akan diwaspadai karena ini berpengaruh pada kinerja APBN yang berjalan pada tahun ini, 2024.
Pertama, pasar keuangan global memang mengalami turbulansi akibat posisi the Fed atau bank sentral AS yang tetap mempertahankan suku bunga acuannya, Fed Fund Rate, di level 5,5 persen,"Ini adalah level yang sangat tinggi dibandingkan 2022 yang baru di bawah 1 persen, jadi kenaikan hanya dalam 24 bulan dan bertahan lama," kata MenkeunSri Mulyani dalam konferensi pers Kondisi Fundamental Ekonomi Terkini dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2025 di Jakarta, Senin (24/6).
Pasar, menurut Sri Mulyani, memiliki ekspektasi agar Fed Fund Rate (FFR) turun. Namun, dalam komunikasi terakhir dari FOMC, suku bunga the Fed ini akan dipertahankan tinggi hingga akhir tahun. "Kalaupun turun hanya sekali," tegasnya. Pasar memperkirakan FFR akan turun 4-6 kali, ternyata ini tidak terjadi.
Baca Juga: Pemerintah Anggarkan Dalam RAPBN 2025 Untuk Makan Bergizi Gratis Sebesar Rp 71 Triliun
Kedua, dengan FFR yang bertahan di level tinggi, indeks dolar AS (DXY) ikut menguat. Bahkan, level DXY mencapai 102,18. Alhasil, banyak mata uang mengalami depresiasi, termasuk rupiah. "Indonesia yang merah di 95,22 (indeks), banyak negara Amerika Latin yang jauh lebih dalam," katanya.
Menurut Sri Mulyani, Indonesia tidak ingin kena stigma 'emerging yang vulnarable' atau negara berkembang yang rentan, maka penting untuk mengdepankan komunikasi dan menjaga kebijakan fiskal, moneter untuk menjaga ekonomi makro Indonesia.
Terakhir, tahun ini, Bank Indonesia (BI) merilis SRBI. Sri Mulyani menilai instrumen ini mampu menarik masuk modal asing karena yield atau imbal hasil dari SBN masih relatif tidak naik.
"Ini berarti kita dan BI akan mengelola stabilitas harga nilai tukar dan stabilitas yield dari SBN," tegas Sri Mulyani.
"Ketiga ini, tiga-tiganya sama penting dan kita terus bekerja sama agar ketiganya relatif stabil, karena environment yang gerak dan tekanannya tidak mungkin kita tak terdampak tapi harus manageable," tegasnya.
Defisit
Sementara pada Mei 2024 defisit , Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 21,8 triliun per Mei 2024. Defisit itu di angka 0,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). “Overall balance kita sudah mengalami defisit Rp 21,8 triliun atau 0,1 persen PDB,” ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani mengatakan, capaian APBN hingga akhir Mei tersebut masih dalam rencana pemerintah, yang mana sesuai dengan Undang-Undang APBN 2024. “Ini masih relatif on track dengan total overall balance tahun in yang menurut UU APBN 2024 adalah di desain dengan defisit 2,29 persen,” terangnya.
Dikatakan, defisit ini berasal dari kinerja pendapatan negara mencapai Rp 1.123,5 triliun yang terkontraksi sebesar 7,1 persen. Sedangkan belanja negara mencapai Rp 1.145,3 triliun terus meningkat sebesar 14 persen.Sedangkan surplus keseimbangan primier mencapai Rp 184,2 triliun dan SILPA mencapai Rp 62,8 triliun.
Ditambahkan, Sri Mulyani menyatakan bahwa Presiden terpilih Prabowo Subianto berkomitmen untuk menjaga defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) di bawah 3 persen.
“APBN 2024 tetap di jaga defisitnya di bawah 3 persen, dan kami sudah menyampaikan juga kepada Presiden terpilih Bapak Prabowo, dan beliau juga memberikan assurance atau keyakinan arahan bahwa beliau berkomitmen terhadap defisit di bawah 3 persen,” katanya. (Lmg)