peristiwa

BPOB dan BKSDA Kembangkan Ekowisata Berbasis Konservasi Flora Fauna

Selasa, 27 Agustus 2024 | 09:30 WIB
osialisasi Potensi Pengembangan Wisata Minat Khusus bersama empat Desa Penyangga di Kawasan Otoritatif BPOB di Aula De Loano Glamping, Kawasan Pariwisata Otorita Borobudur. (istimewa)


Krjogja.com - Purworejo - Badan Pelaksana Otorita Borobudur (BPOB) kembali menggelar Sosialisasi Potensi Pengembangan Wisata Minat Khusus bersama empat Desa Penyangga di Kawasan Otoritatif BPOB di Aula De Loano Glamping, Kawasan Pariwisata Otorita Borobudur, Kamis (22/8/2024).

Sosialisasi diikuti empat Desa Penyangga, diantaranya Desa Ngargoretno, Desa Pagerharjo, Desa Benowo, dan Desa Sedayu. Kegiatan ini sebagai tindak lanjut identifikasi flora dan fauna dan penyusunan program Lembah Konservasi yang sebelumnya telah dilaksanakan oleh BPOB bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah pada tanggal 17 - 20 Juli 2024 lalu di Kawasan Otorita BPOB sebagai bagian dari pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis eco-edu wisata.

Analisa Tata Usaha BKSDA Jawa Tengah, Sisca Febrianti mengatakan, daya tarik wisata birdwatching sangat mendukung kegiatan konservasi terutama di kawasan hutan. Birdwatching pertama kali dipopulerkan oleh Alexander wilson (Skotlandia) dan dikenal sebagai bapak ornitologi Amerika.

Baca Juga: Rekonsiliasi PWI adalah Sebuah Keniscayaan, Ketua MPR : Jangan Merusak Silaturahmi dan Persatuan

“Tujuan pengamatan burung bisa berupa penelitian, observasi, penelitian KLHK sebagai bentuk monitoring atau pemantauan agar dapat data untuk mencari tahu dinamika satwa di tempat tertentu serta untuk hobi dan kesenangan," katanya.

Inisiator wisata minat khusus birdwatching Desa Wisata Jatimulyo, Kelik menambahkan, prinsip ekowisata burung adalah konservasi (perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan) yang didalamnya terdapat nilai ekonomi bagi masyarakat. "Pariwisata dapat menjadi katalisator atau apresiasi dari wisatawan terhadap masyarakat lokal dan ada proses transfer pengetahuan antara tamu dengan tuan rumah," imbuhnya.

Menurutnya, dalam pengembangannya dapat dilakukan penerapan strategi pengembangan berupa inventarisasi atau pengadaan jenis burung, desain area ramah burung, serta kemudian penyusunan paket wisata. Indonesia sangat kaya alam, flora dan faunanya. Wisata minat khusus seperti birdwatching banyak dijual oleh travel operator asing, dan orang Indonesia kurang mengambil peluang disitu.

Baca Juga: Gerindra Umumkan Calon yang Diusung di Pilkada DIY, Ini Daftarnya

"Sebagai contoh satu paket birdwatch bernilai rata-rata USD 2.900 atau hampir Rp 50 juta per orang. Nilai ini tinggi sekali untuk kemakmuran desa wisata yang bisa menjual paket wisata birdwatch, dan masyarakat desa bisa menyediakan homestay, guide, kuliner, transportasi, dan lain lain," ujarnya.

Dipaparkan, wisatawan birdwatching itu ke Indonesia mencari flora fauna khas asli (endemik) di Indonesia. Flora dan fauna di Pulau Jawa dan Flores saja bisa berbeda, maka mereka biasanya akan mengunjungi beberapa destinasi di Indonesia, dan bisa berbulan - bulan lamanya karena sudah hobi.

"Jika melihat nilai tersebut, bisa diartikan bahwa potensi ini memiliki nilai pendapatan yang cukup tinggi dan dapat melebihi target Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan target expenditure (pengeluaran) wisatawan mancanegara sebesar USD 2.777 per orang," paparnya.

Baca Juga: Gempa 5,8 Magnitudo Guncang Gunung Kidul, Getarannya Sampai DIY

Direktur Destinasi Pariwisata BPOB, Neysa Amelia mengungkapkan, dalam mengembangkan peluang ini pihaknya mengajak desa - desa di sekitar wilayah lahan otorita Borobudur Highland untuk berkolaborasi menciptakan paket wisata yang berkesinambungan. BPOB berkomitmen untuk menerapkan pengembangan pariwisata berkelanjutan sesuai dengan Peraturan Menteri Pariwisata No. 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Pariwisata Berkelanjutan.

“Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) merupakan ujung tombak konservasi di Indonesia. Pengembangan ekowisata berbasis konservasi flora dan fauna seperti birdwatching ini merupakan sinergi strategis BPOB Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta masyarakat dan pemerintah daerah yang berbagi tugas dan fungsi antara penguatan konservasi dan pariwisata berbasis alam (ekowisata) dan pendidikan (edutourism) dengan melibatkan masyarakat desa sehingga mampu menciptakan pariwisata berkelanjutan yang mendukung ekonomi masyarakat, pelestarian lingkungan dan pelestarian budaya," ungkapnya.

Selain menciptakan pariwisata berkelanjutan, sambungnya, birdwatching mampu mendatangkan wisatawan mancanegara yang mencintai alam, memiliki waktu yang banyak (lebih dari 2 minggu length of stay) dan memiliki kemampuan finansial yang tinggi (lebih dari USD 200 per hari) dengan total potensi industri birdwatching sebesar USD 1.1 Triliun menuju 2034.

Halaman:

Tags

Terkini

Menteri Agama Luncurkan Dana Paramita bagi ASN Buddha

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:21 WIB

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

Unpad Bandung Juara I UII Siaga Award 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:30 WIB