peristiwa

Belajar Dari Kasus Kecelakaan Jeju Air, Pengamat: Ada Problem Pada Perawatan Pesawat Berbiaya Rendah

Kamis, 2 Januari 2025 | 08:42 WIB
Arsip. Otoritas Korea Selatan pada Minggu (29/12/2024) melaporkan bahwa 179 orang diduga tewas dalam kecelakaan pesawat di Bandara Internasional Muan, seperti diberitakan oleh media lokal. ( ANTARA/Anadolu)

Krjogja.com - Pengamat industri pada Kamis (2/1/2025) mengungkapkan bahwa masalah pemeliharaan dan perawatan oleh maskapai berbiaya rendah (LCC) mengemuka menyusul tragedi Jeju Air.

Data menunjukkan ketergantungan yang signifikan pada layanan perbaikan luar negeri untuk pemeliharaan kritis, seperti perbaikan mesin pesawat.

Kejadian kerusakan roda pendaratan pada pesawat Jeju Air B737-800 yang jatuh pada Minggu (29/12/2024) menimbulkan kekhawatiran bahwa maskapai itu mungkin mengutamakan sisi operasional pesawat dibandingkan waktu pemeliharaan yang memadai, sehingga berpotensi mengorbankan aspek keselamatan.

Menurut data dari Kementerian Transportasi, biaya pemeliharaan yang dikeluarkan maskapai domestik di luar negeri mencapai 1,99 triliun won (sekitar 1,35 miliar dolar AS atau sekitar Rp21,9 triliun) pada tahun 2023, meningkat 58,2 persen dari 1,26 triliun won (atau sekitar Rp13,9 triliun) pada 2019.

Baca Juga: Era Indonesia Emas Menanti, Mahasiswa Tidak Boleh Takut, Ragu, Malu

Kenaikan tersebut lebih signifikan pada LCC. Biaya pemeliharaan luar negeri oleh maskapai berbiaya rendah mencapai 502,7 miliar won (sekitar Rp5,5 triliun) tahun lalu, meningkat 63,6 persen selama periode yang sama.

Tingkat perbaikan oleh LCC yang dilakukan di luar negeri tercatat mencapai 71,1 persen pada 2023.

Di antara maskapai Korea Selatan, hanya Korean Air dan Asiana Airlines yang memiliki kapasitas untuk melakukan perbaikan besar, termasuk perbaikan mesin, karena mereka memiliki hanggar sendiri serta kapasitas pemeliharaan, perbaikan, dan overhaul (MRO).

Karena LCC tidak memiliki sumber daya tersebut dan harus melakukan alih daya (outsourcing) untuk perbaikan besar, opsi MRO domestik tetap terbatas, dengan hanya Korean Air dan Korea Aviation Engineering & Maintenance Service yang menawarkan layanan semacam itu.

Baca Juga: BRIS Tutup Bursa Tahun 2024 dengan Performa Mengesankan

CEO Jeju Air, Kim E-bae, mengakui situasi ini dalam konferensi pers baru-baru ini, dengan menyatakan bahwa perusahaannya melakukan beberapa perbaikan secara lokal dan sisanya dikirim ke penyedia layanan MRO luar negeri.

Para ahli berpendapat bahwa pengembangan industri MRO domestik yang kuat sangat penting untuk meningkatkan kemampuan pemeliharaan LCC.

Pasar MRO penerbangan global diproyeksikan tumbuh menjadi 124,1 miliar dolar AS (sekitar Rp2.022 triliun) pada 2034, namun kemajuan Korea Selatan dalam mengembangkan industri ini masih lambat.

Pada Agustus 2021, Kementerian Transportasi mengumumkan rencana untuk memperkuat daya saing industri MRO penerbangan domestik, dengan target meningkatkan pangsa pemeliharaan lokal menjadi 70 persen pada 2024.

Baca Juga: Kalender Jawa 2 Januari 2025 Lengkap Hitungan Neptu Kamis Wage, Hari Naas, dan Hari Keberuntungan

Halaman:

Tags

Terkini

Menteri Agama Luncurkan Dana Paramita bagi ASN Buddha

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:21 WIB

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

Unpad Bandung Juara I UII Siaga Award 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:30 WIB