peristiwa

Ada Empat Tantangan Investasi Energi Hijau

Jumat, 28 Februari 2025 | 18:00 WIB
Wakil Ketua Umum Koordinator bidang Investasi, Hilirisasi, dan Lingkungan Hidup Kadin Indonesia, Bobby Gafur Umar Indonesia Green Energy Investment Dialogue (istimewa)


Krjogja.com - Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengungkapkan empat tantangan investasi energi hijau di Indonesia. Keempat tantangan tersebut perlu segera diatasi agar tidak menghambat percepatan transisi energi di dalam negeri.

Wakil Ketua Umum Koordinator bidang Investasi, Hilirisasi, dan Lingkungan Hidup Kadin Indonesia, Bobby Gafur Umar, menyebutkan tantangan pertama berupa kepastian hukum dan perbaikan regulasi. Dalam kasus Indonesia, misalnya, tak jarang perubahan regulasi terjadi karena pergantian pemerintahan. Hal ini pun membuat ketidakpastian hukum bagi pelaku usaha dan investor.

Menurut Bobby, Kadin berharap pemerintahan baru saat ini bisa segera memperbaiki berbagai isu yang berkaitan dengan iklim investasi dan perizinan.

Baca Juga: Wamen Desa Tanam Mundar di Kantor BBPPM Yogyakarta, Pesan Dampingi BUMDes Suplai MBG

“Kami melihat Bapak Presiden Prabowo Subianto sudah sangat tegas, dan beliau sudah memperlihatkan komitmennya untuk penegakan hukum. Untuk mengejar investasi itu perlu perlu kepastian hukum,” kata Bobby dalam Indonesia Green Energy Investment Dialogue yang digelar oleh Kadin dan Katadata Green di Jakarta, Kamis (27/2).

Tantangan lainnya yakni subsidi dan insentif terutama untuk sektor ketenagalistrikan dan transportasi. Menurut Bobby, harga listrik yang dihasilkan dari energi baru terbarukan (EBT) lebih mahal ketimbang dari energi fosil. Sedangkan, investor dan pelaku usaha ketika menanamkan modal untuk proyek EBT mengharapkan imbal hasil yang lebih baik.

“Masih ada gap antara kebijakan dan struktur harga keekonomian. Ini yang perlu kita cari solusinya,” ujarnya.

Baca Juga: Menabung Emas, Langkah Kecil Menuju Negara Maju

Kadin mengusulkan agar pemerintah mempertimbangkan untuk memberikan insentif bagi investasi energi hijau, terutama insentif fiskal. “Misalnya diberikan tax holiday selama 15 tahun,” ujarnya.

Dua tantangan investasi energi hijau lainnya adalah program pemanfaatan SDA untuk dana yang tersedia, serta kebijakan yang berdampak kepada keekonomian program.

Dalam kesempatan yang sama, Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo, menyampaikan optimismenya tentang pertumbuhan investasi energi hijau di masa mendatang.

Baca Juga: UAA Gandeng Polres Bantul dan Kapanewon Srandakan Bersihkan Pantai Baru di Hari Peduli Sampah Nasional 2025

Melalui Danantara, lanjutnya, pemerintah bakal menyuntikkan dana hingga 20 miliar dolar AS per tahun untuk membiayai berbagai proyek strategis, termasuk di sektor energi baru terbarukan (EBT). Nilai tersebut bisa bertambah dengan melibatkan investor rekanan untuk setiap proyek investasi.

“Idenya adalah untuk mengundang banyak investor untuk datang dan berinvestasi pada proyek-proyek yang layak dan, termasuk proyek-proyek yang ramah lingkungan,” kata Hashim dalam sesi Leadership Speech

Hashim menjelaskan dengan melibatkan investor rekanan, Danantara bisa meningkatkan modal investasinya hingga 40 miliar dolar AS per tahun. Hashim optimistis kucuran dana dari Danantara akan menumbuhkan investasi di sektor energi hijau Sebab, permintaan terhadap energi baru terbarukan di Indonesia termasuk tinggi. Selain itu, kata Hashim potensi EBT di Indonesia juga besar, Mengutip data Kementerian ESDM, potensi energi bersih mencapai 3.687 Gigawatt.

Halaman:

Tags

Terkini

Menteri Agama Luncurkan Dana Paramita bagi ASN Buddha

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:21 WIB

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

Unpad Bandung Juara I UII Siaga Award 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:30 WIB