Krjogja.com - VIETNAM - Peresmian Masjid Salamad di Kota Long Xuyen, Provinsi An Giang, Vietnam Selatan, menjadi bukti konkret peran strategis Indonesia dalam memperkuat harmonisasi antarumat beragama di kancah internasional. Acara ini diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) dan dihadiri langsung oleh Deputi Bidang Koordinasi Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa, Warsito.
Peresmian tersebut turut melibatkan sinergi diplomatik antara KBRI Hanoi, KJRI Ho Chi Minh City, serta sejumlah lembaga filantropi dari Indonesia, dengan Lazismu sebagai salah satu mitra strategis utama dalam pembangunan rumah ibadah bagi komunitas muslim minoritas setempat. Direktur Utama Lazismu Pusat, Ibnu Tsani, menegaskan bahwa kehadiran Lazismu dalam proyek ini merupakan bagian dari strategi internasionalisasi gerakan zakat dan filantropi Islam Indonesia.
"Fikih zakat kontemporer yang telah ditanfizkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah menegaskan pentingnya dimensi sosial dalam zakat, yakni menolong, membina, dan membangun kelompok lemah agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak," ungkap Ibnu dalam siaran pers, Rabu (10/12/2025).
Ia menambahkan, keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-48 tahun 2022 di Solo menjadi landasan penguatan dakwah internasional dan filantropi Islam lintas negara. Implementasi keputusan tersebut, menurutnya, harus diwujudkan melalui aksi nyata berbasis pelayanan sosial.
"Islam di Indonesia memiliki karakter moderat yang harus disebarluaskan ke dunia internasional. Salah satu jalurnya adalah melalui gerakan filantropi dan pembangunan masjid," tegasnya.
Komunitas muslim di Provinsi An Giang dikenal sebagai kelompok minoritas. Imam Masjid Salamad, Châu Mách, menjelaskan bahwa sejak tahun 1950, kegiatan keagamaan hanya dilakukan di sebuah surau kecil yang kini tak lagi mampu menampung jumlah jamaah yang terus bertambah.
Baca Juga: Mengenal Teras BRI Kapal, Bank Terapung yang Dinanti Masyarakat Kepulauan
Ia mengungkapkan bahwa proses pembangunan masjid menghadapi berbagai kendala, mulai dari perizinan kepada otoritas Vietnam hingga persoalan pendanaan. "Dukungan pemerintah Indonesia dan lembaga amil zakat Indonesia memberikan harapan besar bagi kami. Terima kasih atas kepedulian dan kehadiran Anda semua di An Giang," tuturnya.
Direktur Eksekutif Humanitarian Forum Indonesia (HFI), Surya Rahman, mengungkapkan bahwa pembangunan Masjid Salamad sempat tertunda selama 1,5 tahun akibat berbagai kendala teknis dan administratif. Surya menambahkan bahwa proyek ini merupakan tindak lanjut dari peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Menko PMK saat itu, Muhadjir Effendy, pada 26 Juni 2024.
"Masjid ini dibangun setinggi empat lantai dengan berbagai fasilitas pendukung dan menelan biaya sekitar 5 miliar Vietnamese Dong. Hampir sepuluh tahun komunitas muslim An Giang menantikan masjid yang layak. Kini bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat pendidikan dan kegiatan sosial," ujarnya.
Peresmian Masjid Salamad mempertegas peran diplomasi inklusif Indonesia di kawasan Asia Tenggara. Pemerintah Indonesia tidak hanya menjalankan hubungan bilateral, tetapi juga aktif mengawal pemenuhan hak beribadah bagi komunitas muslim di berbagai negara.
Sejumlah lembaga filantropi nasional turut hadir dalam peresmian ini, seperti Dompet Dhuafa, Human Initiative, Rumah Zakat, BAZNAS RI, dan DT Peduli, sebagai bentuk komitmen bersama dalam memperkuat solidaritas kemanusiaan lintas negara. (Fxh)