BANDA ACEH, KRJOGJA.com - Pembangunan Tol Sigli-Banda Aceh (Sibanceh) sepanjang 74 kilometer (Km) memang memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi.
Selain jalurnya yang menantang melalui gunung dan lembah, ruas tol paling barat Indonesia itu dalam pengerjaannya juga mengakomodasi kearifan lokal seperti tidak bekerja di waktu tertentu.
Project Manager PT Adhi Karya untuk pembangunan Tol Sibanceh, Rony Kusumanegara menyebutkan bahwa proyek ini sangat ramah dan mengakomodasi kepentingan satwa atau binatang seperti gajah, reptile dan primata yang menghuni hutan di sekitar jalan tol.
“Kami bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup setempat untuk memberikan fasilitas perlintasan bagi satwa untuk menyeberangi jalan tol secara aman dan lancar,†katanya, di Banda Aceh, Kamis (1/9/2022).
Deputi Project Manager Pembangunan Tol Sibanceh, PT Adhi Karya, Tito Waluyo dalam kesempatan yang sama menyatakan kalau pihaknya ingin menjunjung kearifan lokal.
“Adhi Karya tidak hanya menghormati kearifan lokal menyangkut aspek manusianya, bahkan satwa pun kami hormati keberadaannya,†kata Tito.
Adhi Karya, kata Tito, membangun jembatan untuk perlintasan binantang berupa tanah datar yang dibuat miring.
“Melalui kerja sama yang baik dengan Dinas Lingkungan Hidup, kami bersama-sama membuat desain jembatan yang ramah bagi binatang seperti gajah, lutung, biawak dan ular,†kata Tito.
Menurut Tito, Adhi Karya sangat concern pada green enviroment, baik pelestarian alam itu sendiri maupun dalam pengolahan limbah dan penyediaan air bersih.
Sebagai Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Hutama Karya (HK) juga mendukung upaya Adhi Karya selaku kontraktor yang mengakomodasi keberadaan satwa liar.
Direktur Proyek HK untuk Tol Sibanceh, Slamet Sudrajat mengatakan jembatan khusus binatang itu tidak boleh diganggu oleh manusia.
Di sekitar perlintasan juga telah ditanam rumput-rumputan yang menjadi makanan gajah. Pada musim-musim tertentu gajah melewati wilayah tersebut dalam rangka mencari makanan.
Pembangunan jalan tol yang menjaga dan mempertahankan kelangsungan ekosistem ini diharapkan menjadi proyek percontohan di wilayah-wilayah lain. (*)