Inilah Hikmah dan Pelajaran Penting di Balik Makna Isra Miraj Nabi Muhammad

Photo Author
- Jumat, 9 Februari 2024 | 05:25 WIB
 Tata Cara Membaca Doa di Malam 27 Rajab Isra Mi'raj Nabi Muhammad ( (Ilustrasi/shutterstock))
Tata Cara Membaca Doa di Malam 27 Rajab Isra Mi'raj Nabi Muhammad ( (Ilustrasi/shutterstock))


Krjogja.com Jakarta - Isra Miraj merupakan salah satu peristiwa bersejarah yang sangat agung dan penting bagi umat Islam. Peristiwa Isra Miraj terjadi pada Senin 27 Rajab 621 M. Adapun 27 Rajab Tahun 1445 H bertepatan dengan hari ini, Kamis (8/2/2024).

Isra adalah perjalanan Rasulullah SAW di malam hari bersama Malaikat Jibril dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsa (Palestina) dengan mengendarai buraq.

Sedangkan Miraj ialah perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Aqsa naik ke langit tujuh yang disebut sebagai Sidratul Muntaha yang merupakan tempat yang tertinggi.

Dalam peristiwa Isra Miraj inilah, Nabi Muhammad SAW menerima perintah langsung dari Allah SWT untuk melaksanakan salat wajib 5 kali dalam sehari semalam. Sebenarnya, awal mulanya perintah shalat ini sebanyak 50 kali.

Ketika Rasulullah SAW bertemu Nabi Musa AS, maka Nabi Musa menyarankan agar meminta keringanan kepada Allah. Pasalnya, menurut Nabi Musa AS, umat Rasulullah SAW tidak akan mampu melaksanakan salat 50 kali.

Singkat cerita, Allah SWT mengabulkan permintaan Rasulullah SAW dan akhirnya perintah salat wajib menjadi 5 kali dalam sehari semalam, yaitu Isya, Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib.

Dalam peristiwa seagung itu seperti Isra Miraj pastinya memiliki banyak hikmah dan pelajaran yang bisa direnungi dan mengambil pelajaran bersama. Berikut beberapa hikmah dan pelajaran penting di balik Isra Miraj dikutip dari NUOnline, Kamis (8/2/2024):

1. Tingginya Derajat Kehambaan

Penyebutan Nabi Muhammad SAW dalam ayat Isra (QS Al-Irsa (17): 1) menggunakan kata 'Abdun; yang memiliki arti hamba, tidak menggunakan seperti 'nabi', 'rasul’, atau pun 'khalil' (kekasih).

Ini menunjukkan bahwa derajat kehambaan di sisi Allah memiliki nilai yang sangat tinggi. Oleh karena itu, ketika Al-Qur'an berbicara tentang orang-orang ikhlas menggunakan kata 'Abdun'.

Allah berfirman, وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنٗا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ قَالُواْ سَلَٰمٗا

"Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan." (QS. Al-Furqan (25): 63)

Melaui Jibril, Allah pernah memberikan pilihan kepada Nabi Muhammad saw untuk memilih ingin ‘menjadi nabi sekaligus raja’, ‘atau menjadi nabi sekaligus hamba’.

Kemudian Nabi lebih memilih menjadi hamba yang mengabdi kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa status kehambaan merupakan derajat paling agung di sisi Allah.

Penyebutan Nabi Muhammad saw menggunakan kata 'Abdun' tidak hanya dalam surat Al-Isra. Dalam beberapa ayat lain juga sama. Seperti QS Al-Baqarah (2): 23, QS Al-Hadid (57): 9 dan QS Al-Jin (72): 19.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Jadwal Puasa Rajab 2025-2026 dan Bacaan Niatnya

Sabtu, 20 Desember 2025 | 18:40 WIB

Mengumpat Bisa Bikin Tubuh Makin Pede?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:40 WIB
X