Krjogja.com Yogya Petasan atau bunga api merupakan salah satu bahan peledak ringan. Petasan masih banyak dijumpai pada momen-momen tertentu di Indonesia, seperti menjelang tahun baru, Imlek atau saat momen Ramadan dan hari raya.
Petasan kerap dimainkan oleh anak-anak hingga orang dewasa. Menariknya, tradisi petasan sudah ada sejak beribu tahun silam.
1. Sejarah Petasan
Petasan pertama kali ditemukan pada 200 SM saat masa kejayaan Dinasti Han di China. Dulu petasan tidak menggunakan bubuk mesiu, hanya bambu yang dilempar ke api yang disebut baouzhu.
Dalam kepercayaan masyarakat China, ledakan dilakukan untuk mengusir makhluk gunung bernama Nian yang mengganggu perayaan tahun baru. Kemudian pada saat Dinasti Sung 960 hingga 1279, Li Tian yang tinggal di Provinsi Hunan menemukan bubuk mesiu.
Dengan mencampur beberapa bahan seperti kalium nitrat, arang dan belerang lalu dimasukkan ke dalam bambu dan dibakar dalam tungku. Tidak dikira ternyata ledakanpun terjadi.
Berdasarkan hal itu, 18 April diperingati sebagai penemuan petasan. Orang China akan melakukan persembahan kepada arwah pendeta Li Tian setiap 18 April.
Pada 1292, Marcopolo membawa petasan dari China ke Italia. Pada saat itu setiap perayaan di Italia selalu diwarnai dengan ledakan petasan.
2. Hiburan Favorit Bangsawan Kerajaan Inggris
Perkembangan petasan dan kembang api semakin merambah dunia Inggris. Konon Ratu Elizabeth I menggemari hiburan ini, sehingga mengangkat ahli kembang api dan petasan.
Ahli tersebut diberi julukan Fire Master of England dengan pendampingnya bernama Green Men.
3. Sejarah Petasan di Indonesia
Di Indonesia, petasan diperkenalkan oleh para pedagang asal China. Namun, pada jaman itu VOC memberlakukan larangan adanya petasan terutama saat musim kemarau.
Larangan itu diterbitkan karena saat musim kemarau, barang-barang mudah terbakar. Selain itu, VOC tidak bisa membedakan perbedaan suara petasan dengan tembakan.