Jalan Kaki Keliling Kampung Laweyan Solo, Ketemu Mushaf Batik Alquran Hingga Bunker Perhiasan

Photo Author
- Rabu, 13 November 2024 | 09:00 WIB
Batik Mushaf Alquran di salah satu rumah produksi batik.  (M Nur Hasan)
Batik Mushaf Alquran di salah satu rumah produksi batik. (M Nur Hasan)

Krjogja.com - Solo memiliki banyak destinasi wisata yang tidak lepas dari aspek budaya, sosial, ekonomi, edukasi dan religi. Salah satunya Kampung Batik Laweyan yang sudah sejak lama dikenal sebagai pusatnya batik di Kota Solo. Kampung Batik Laweyan terletak di Jalan Dr Rajiman, Laweyan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.

Kawasan pusat batik ini termasuk cagar budaya yang mendapat perhatian serius dari berbagai pihak baik Pemerintah maupun swasta. Banyak pihak menjadikan Kampung Batik Laweyan sebagai destinasi wisata budaya dan edukasi saat berkunjung ke Solo. Tidak hanya wisatawan Nusantara, wisatawan mancanegara pun banyak yang berlalu-lalang menyusuri gang-gang di Kawasan Kampung Batik Laweyan.

Berjalan kaki menyusuri Kampung Batik Laweyan, banyak hal menarik ditemui. Seperti saat 'Kedaulatan Rakyat' bersama peserta Media Tour SKK Migas Jabanusa mengeksplore Kampung Batik Laweyan beberapa waktu lalu. Di bawah Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, keberadaan Kampung Batik Laweyan semakin eksis dengan beragam aktivitas.

Wisatawan pun bisa menyusuri seluruh sudut Kampung Laweyan dengan dipandu guide. Bahkan untuk wisatawan yang datang berombongan, dalam mengeksplore Kampung Batik Laweyan bisa dikemas dalam berbagai permainan menarik, mulai belajar membaca aksara Jawa, menari Jaranan, mempelajari teknik membatik, dan sebagainya.
Dipandu guide Arif Budiman, kita dapat menyaksikan ragam keunikan Kampung Batik Laweyan.

Mulai dari rumah paling kuno yang konon kabarnya dibangun pada tahun 1700-an. "Ini merupakan rumah tertua yang masih bisa ditemui di Laweyan. Sekarang masih jadi tempat tinggal. Gebyognya ini juga masih asli. Bahkan lantainya ada yang masih berupa tanah," ujar Arif Budiman menunjukkan rumah paling kuno sambil berjalan kaki menyusuri kawasan Jalan Utama Laweyan, Jalan Sidoluhur.

Banyak bangunan kuno di Kampung Laweyan. Selain rumah tinggal yang berdiri megah kental nuansa tempo doeloe, terdapat pula bangunan masjid yang menunjukkan Kampung Laweyan ini erat kaitannya pula dengan kehidupan religius Umat Islam di kawasan tersebut.

Sudut-sudut Kampung Laweyan Solo memiliki banyak daya tarik, mulai dari arsitektur bangunannya, lingkungan perkampungannya, keramahan penduduknya, aktivitas warga yang mayoritas memiliki usaha batik, dan sebagainya.

Di antara rumah-rumah produksi batik, ada satu rumah yang memiliki bangunan ruangan bawah tanah atau bunker. Rumah ini dikenal sebagai Rumah Bunker Setono, Laweyan. Dalam catatan di rumah tersebut tertulis, bunker ini dibangun oleh Bei Kertayuda, seorang punggawa Kraton Pajang pada tahun 1537.

Tempat ini dulunya bukan digunakan sebagai tempat perlindungan, namun sebagai tempat menyimpan harta kekayaan mengingat situasi keamanan pada zaman dulu yang tidak begitu baik. Bunker Setono Laweyan menjadi saksi bisu harta apa saja yang pernah disimpan di sana dan semua harta tersebut kini tidak diketahui lagi di mana rimbanya.

"Meski untuk menyimpan perhiasan, namun bunker ini bisa untuk sembunyi 10 orang, dengan luas sekitar 2x3 meter," ujar Arif Budiman.

Mengunjungi rumah batik lainnya lagi, terdapat koleksi pribadi Batik Mushaf Alquran yang dibuat selama 3,5 tahun. Selain Batik Mushaf Alquran yang dibuat persis seperti Alquran sebenarnya namun semuanya menggunakan teknik batik dan ukuran cukup besar sekitar 1,5 x 1,5 meter, terdapat juga satu lembar kain batik berukuran besar sekitar 3 x 3 meter bertuliskan Surat Al Fatihah lengkap dengan motif-motif hiasan seperti dalam Alquran.

"Batik Mushaf Alquran ini dibuat selama 3,5 tahun. Semua detailnya persis seperti dalam Alquran. Ini menjadi koleksi pribadi," cerita Arif.

Sedikit menengok ke belakang, nama Laweyan berasal dari kata 'lawe' atau kain hasil tenunan yang bisa dijadikan kain untuk dibatik. Konon di wilayah Laweyan ini banyak terdapat tanaman kapas sebagai bahan baku pembuatan kain atau lawe. Sementara batik tulis warna alami di Laweyan berkembang sejak Abad ke-15 Masehi pada masa pemerintahan Kraton Pajang.

Arif Budiman menceritakan, dulu keterampilan membatik hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu. Bahkan bisa dibilang kemampuan membatik menjadi rahasia. Namun seiring berkembangnya pariwisata, ilmu membatik kini justru dibuka kepada siapa saja yang berminat untuk mempelajarinya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Jadwal Puasa Rajab 2025-2026 dan Bacaan Niatnya

Sabtu, 20 Desember 2025 | 18:40 WIB

Mengumpat Bisa Bikin Tubuh Makin Pede?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:40 WIB
X