KRjogja.com - MINUMAN khas Banyumas es badeg kini semakin sulit ditemui. Kelangkaan ini disebabkan karena minimnya penjual dan kurangnya regenerasi pelaku usaha.
Mengutip dari laman Pariwisata Jawa Tengah, es badeg merupakan minuman tradisional yang terbuat dari nira kelapa. Bahan bakunya diperoleh dari penyadapan bunga kelapa (manggar).
Nira kemudian difermentasi selama beberapa hari sebelum disajikan dingin dengan es. Proses pengambilan nira menjadi faktor utama kelangkaan minuman ini.
Penyadap harus memanjat pohon kelapa untuk memasang wadah penampung dan mengambilnya keesokan hari. Aktivitas ini berisiko tinggi dan hanya dikuasai oleh segelintir orang.
Dulu, es badeg biasa dijajakan dengan cara menggunakan pongkor (wadah bambu panjang) yang diikat di belakang sepeda. Penjual berkeliling sambil membawa pongkor berisi badeg yang siap dituang ke gelas plastik.
Kini, tradisi tersebut nyaris punah. Hanya sedikit penjual yang masih mempertahankan cara berjualan seperti ini.
Baca Juga: Pendekar Bangsa Telah Berpulang, Eddie Nalapraya Tinggalkan Warisan Besar untuk Dunia Pencak Silat
Jumlah penjual es badeg di Banyumas saat ini bisa dihitung dengan jari. Mereka umumnya berjualan di lokasi tertentu seperti pasar tradisional atau pinggir jalan.
Beberapa beralih menggunakan wadah praktis seperti botol kaca atau plastik. Harga jual es badeg relatif murah, berkisar Rp3.000-Rp5.000 per gelas.
Minuman serupa dengan es badeg seperti es legen di Jawa Timur masih lebih mudah ditemukan. Perbedaan utama terletak pada bahan bakunya.
Es legen menggunakan nira pohon siwalan. Sedangkan es badeg menggunakan nira dari pohon kelapa.
Baca Juga: UMKM Produk Kayu, Jamu Premium hingga Tukang Ojek Menggerakkan Ekonomi Desa Karajgrejo
Masa konsumsi es badeg adalah 24 jam setelah pembuatan. Proses fermentasi alami menyebabkan legen berubah sifat setelah melewati batas 24 jam.