Hari ini kita berdiri di ambang tahun baru 1447 Hijriyah. Detik-detik berganti tahun bukan hanya peralihan waktu, tetapi juga undangan dari Allah untuk melakukan muhasabah—introspeksi diri. Apa yang sudah kita lakukan sepanjang tahun ini? Dan bagaimana langkah kita ke depan untuk memperbaiki diri dan memperkuat peran sebagai hamba Allah?
Sidang Jumat yang dimuliakan,
Tahun ini dunia masih menyaksikan luka-luka yang belum sembuh: konflik yang belum usai di Palestina, bencana kemanusiaan di berbagai negara, dan ketidakadilan sosial yang terus menggerus kemanusiaan. Maka, langkah awal memasuki tahun baru ini haruslah dengan memperkuat iman dan takwa.
Takwa bukan sekadar retorika khutbah atau hiasan sumpah jabatan. Takwa adalah laku hidup yang membentuk cara berpikir, bekerja, dan berinteraksi di tengah masyarakat. Firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13 menjadi pengingat bahwa kemuliaan manusia di sisi Allah hanya ditentukan oleh ketakwaannya.
Menumbuhkan Kepedulian Sosial
Tahun baru juga menjadi waktu terbaik untuk kembali mengasah empati dan kepedulian sosial. Mari belajar dari kaum Anshar yang mencintai kaum Muhajirin, meski mereka sendiri berada dalam keterbatasan. Mereka mendahulukan orang lain tanpa pamrih—sebuah pelajaran penting tentang ukhuwah dan solidaritas lintas batas.
Dalam kondisi bangsa kita hari ini, kepedulian kepada tetangga, kepada korban bencana, kepada kaum dhuafa—bukan pilihan, tapi kewajiban moral yang harus terus dipupuk.
Masuk tahun baru juga berarti memperbaharui tekad untuk menjaga persatuan umat. Kita hidup di tengah masyarakat yang beragam: dalam etnis, budaya, bahkan pandangan. Tapi Islam menekankan agar kita berpegang pada tali Allah dan tidak bercerai-berai, sebagaimana disebutkan dalam QS. Ali Imran ayat 103.
Perpecahan adalah celah yang dimanfaatkan oleh setan dan pihak-pihak yang tidak menginginkan Islam bersatu. Maka, memperkuat ukhuwah menjadi bentuk pengamalan ajaran Islam yang sangat relevan hari ini.
Tahun baru juga mengingatkan kita pentingnya lahirnya pemimpin-pemimpin adil—bukan hanya di pemerintahan, tetapi juga di rumah tangga, sekolah, dan komunitas. Rasulullah SAW bersabda, salah satu dari tujuh golongan yang mendapat naungan Allah di hari kiamat adalah imamun ‘adil, pemimpin yang adil.
Keadilan adalah jantung dari semua amal kebajikan. Allah memerintahkan dalam QS. An-Nahl ayat 90 agar kita berlaku adil dan menjauhi kemungkaran. Maka siapa pun kita, pemimpin atau rakyat, tua atau muda—semua wajib menjadi pribadi yang menegakkan keadilan.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ
بَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ