Krjogja.com - YOGYA - Kesehatan mental kini menjadi sorotan penting dalam kehidupan remaja. Dibalik senyuman mereka, tentu ada cerita yang tidak mudah. Gangguan-gangguan yang dianggap sepele, justru menjadi pertanda bahwa kesehatan mereka mereka perlu diberi atensi khusus.
Perubahan psikologis yang dialami tidak hanya berdampak pada aspek pribadi, tetapi juga dapat memengaruhi pencapaian akademik. Beberapa remaja mengaku kesulitan belajar dan mengalami penurunan prestasi karena beban mental yang mereka rasakan.
Tanda-Tanda yang Tak Boleh Diabaikan
Gejala gangguan mental pada remaja bisa muncul dalam berbagai bentuk. Mulai dari perubahan suasana hati yang drastis, menarik diri dari lingkungan sosial, hingga kesulitan tidur dan makan. Kadang, tanda-tanda ini terlihat sepele, tapi bisa jadi awal dari sesuatu yang lebih dalam. Mulai waspadai perubahan dalam diri:
-
Perubahan Emosional
Di masa ini, remaja mungkin menunjukkan perubahan suasana hati yang drastis, seperti kecemasan, depresi, atau kemarahan yang tidak terkendali. Istilah mudahnya adalah (mood swing).
-
Perubahan Perilaku.
Penurunan minat dalam aktivitas yang sebelumnya disukai, termasuk mengisolasi dari teman-teman. Bisa jadi, pilihan untuk menjauh dari lingkungan adalah pertanda dari adanya perubahan dan gangguan mental.
-
Kesulitan Akademis
Ketika remaja yang mengalami gangguan mental, sering kali kesulitan untuk berkonsentrasi. Yang nantinya akan menyangkut penurunan pada kegiatan akademik mereka.
-
Masalah Tidur dan Makan
Perlu diwaspadai juga kalau gangguan tidur, seperti insomnia atau tidur berlebihan, serta perubahan pola makan, seperti kehilangan nafsu makan atau makan berlebihan, juga dapat menjadi gejala loh.
Dampaknya Tak Hanya di Dalam Diri
Gangguan mental bukan hanya soal perasaan sedih atau cemas. Ia bisa memengaruhi prestasi di sekolah, hubungan dengan keluarga dan teman, bahkan masa depan remaja itu sendiri. Jika tidak ditangani sejak dini, dampaknya bisa berlanjut hingga dewasa.
Deteksi dini bukan halnya sulit untuk dilakukan. Pun banyak cara yang bisa diambil untuk mengurangi dan menghindari gangguan tersebut. Seperti program intervensi berbasis sekolah, akses ke konseling dan terapi, serta lingkungan yang inklusif adalah beberapa solusi yang bisa diterapkan.
Lebih dari itu, kita butuh kebijakan yang berpihak seeprti melatih tenaga profesional, dan menghapus stigma. Karena remaja butuh didengar, bukan dihakimi.
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.