Dia menambahkan dalam kitab tersebut bahwa 'Salaf umat dan para imamnya telah bersepakat juga bahwa para hamba itu diperintahkan kepada apa yang diperintahkan Allah kepada mereka dan dilarang terhadap apa yang dilarang terhadapnya, bersepakat atas keimanan kepada janji dan ancaman-Nya yang terkandung dalam al-Qur'an dan as-Sunnah, dan bersepakat bahwa tidak ada hujjah bagi seorang pun terhadap Allah dalam kewajiban yang ditinggalkannya dan keharaman yang dilakukannya, bahkan Allah mempunyai hujjah yang sempurna atas para hamba-Nya.
Disampaikan pula , “Diantara yang disepakati para Salaf umat ini dan para imamnya di samping mereka beriman kepada qadha’ dan qadar, bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu,
Apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi, serta Dia memutar siapa yang dikehendaki dan menunjukkan siapa yang dikehendaki-Nya
Adalah, bahwa para hamba memiliki kemauan dan kemampuan, mereka berbuat dengan kemauan dan kemampuan mereka yang telah Allah kehendaki, disertai pernyataan mereka. Para hamba tidak berkehendak kecuali bila Allah menghendaki.
Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya (al-Qur-an). Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran darinya kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dia (Allah) adalah Rabb Yang patut (kita) bertakwa kepada Nya dan berhak memberi apapun.” (QS. Al-Muddatstsir:54-56)
Demikian penjelasan singkat terkait dengan qadar atau takdir yang disampaikan Ibnu Taimiyyah. (Osi)