ragam

‘Celoteh Cah Bulaksumur' Potret Kehidupan Kompleks Dosen UGM

Senin, 1 September 2025 | 17:40 WIB
Cover buku 'Celoteh Cah Bulaksumur' (Ist)

Krjogja.com - Bulaksumur, kebanyakan orang mengenalnya sebagai kampus universitas tertua di Indonesia, Universitas Gadjah Mada (UGM). Namun di sebagian kawasan ini dan kompleks perumahan dosen UGM. Kini sebagian masih untuk tempat tinggal, dan sebagian bekas rumah dinas dosen itu sudah menjadi kantor tertentu.

Di kawasan kompleks perumahan dosen ini menyimpan banyak kenangan bagi keluarga dosen UGM yang saat ini sudah tersebar di berbagai tempat dengan pengabdian masing-masing. Sampai kini, sesama mantan penghuni kompleks Bulaksumur tetap saling berkomunikasi. Hasil komunikasi tersebut antara lain terbitnya buku “Celoteh Cah Bulaksumur, Pelangi Kenangan Semasa Remaja mantan warga Perumahan Bulaksumur” yang memuat tulisan mengenai kenangan selama tinggal di kompleks perumahan ini.

Baca Juga: Program KKN UP45 Tahun 2025 Hasilkan Inovasi Berpotensi HKI

“Awalnya kami saling berceloteh di grup WA. Akhir muncul keinginan untuk mengumpulkan celotehan-celotehan itu dan menjadikannya buku. Akhirnya terbitklah buku ini,” kata Zulfikar (Fikky Arma, salah satu penulis di buku ini saat bersilaturahmi ke KR

, Senin (1/9).

Tak kurang dari 41 orang yang pernah dibesarkan di Bulaksumur menuliskan pengalamannya. Antara lain mengenai kehidupan di Perumahan Bulaksumur, di mana perumahan ini bukan sekadar tempat tinggal, tapi ruang kebersamaan. Warga hidup

layaknya keluarga besar—saling jaga, saling dukung, dan penuh hangatnya persaudaraan. Juga mengenai nilai dan kebersamaan, dari musala, lapangan, sampai dapur sederhana, nilai hidup tumbuh: kejujuran, gotong royong, dan sportivitas. Anak-anak belajar bukan hanya pintar, tapi juga tangguh & bermartabat. Terpotret juga kehidupan anak-anak, hari-hari dipenuhi tawa: sambiln main layangan, sepak bola, menjelajah sungai, hingga petualangan nekat. Dari permainan itulah lahir keberanian, kreativitas, dan persahabatan sejati.

Baca Juga: Malam Aman di Karanganyar, TNI-Polri Gelar Apel Siaga dan Patroli

Bulaksumur juga menyimpan kisah pemberdayaan, cinta tetangga yang berbuah jodoh, sampai gejolak politik yang menyentuh halaman rumah. Semua membentuk karakter warganya. Ada juga kenangan & Renungan. Di sini ada kisah mistis, ada renungan sunyi. Semua jadi mozaik kehidupan yang kaya makna. Bulaksumur bukan sekadar tempat, tapi ruang belajar tentang hidup itu sendiri.

Para penulis di buku ini antara lain Seno Gumira Adjidarma, Wihana Kirana, Tyas Utami, Yanri Wijayanti, Heddy Shri Ahimsa-Putra, Fikky Arma, Tenong Siswanto,Wisnu Soegondo, Dodi Kardono, Mamik Soemantri, Sita Roekmono, Yono Kardono, Bambing P Soempeno, Decita Suhardi Sigit, Mira Nang Seno, Soni Soetrisno Hadi, Dina Djoemantoro, Rini Soehardi Sigit, Tini Rahardjo. Yanri Subronto, Adji Nangseno, Ami Soenardi, Ana Busono, Anti Ismangoen, Asih Ali Afandi, Basuki Soeharjono, Beni Soedhiro, Dewi Sunoto, Doddy Soedaroedjian, Endang Wisneoadji, Hendi B Soempeno, Heni A Baequni, Henry A Baequni, Ir Soegondo, Ita Warudju, Ndari Ali Afandi, Nonny Suwarno, Novi Soedjito, Nusati Pramono Atmadi, Pipik Hardjono, Prima Setiyono, Rila Susanto, Rini Hardjono, Sekar Ahmad Muhammadn dan Widiyono.

“Kenangan bukan sekadar kenangan, ketika tertuliskan dan menjadi sumber pengetahuan –seperti buku kenangan Celoteh Cah Bulaksumur ini,” tulis Seno Gumira Ajidarma (Sastrawan, mantan Rektor Institut Kesenian Jakarta, Penghuni Bulaksumur C-22 dan J-6 (1962-1977). (Fie)

 

Tags

Terkini

Jadwal Puasa Rajab 2025-2026 dan Bacaan Niatnya

Sabtu, 20 Desember 2025 | 18:40 WIB

Mengumpat Bisa Bikin Tubuh Makin Pede?

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:40 WIB