Pemain KU-10 terdiri dari 37 tim, dan KU-12 terbagi sebanyak 57 tim.
Sebagai juara MSC- Kudus Series 2 ini SD Muhammadiyah Birrul Walidain, yang pada series 1 hanya mampu merebut posisi runner up juara.
Sedang peserta KU-12, SDUT Bumi Kartini berhasil mempertahankan gelar setelah menang atas tim sama pada final MSC- Kudus Series 1.
Lahirnya para juara dalam turnamen ini merupakan cerminan dari proses pengembangan sepak bola putri di level akar rumput melalui penyelenggaraan MSC yang rutin digelar.
Baca Juga: Cek di Sini, 14 Tanda Pasangan Kamu Selingkuh
"Dengan turnamen secara berkala ini, talenta-talenta pesepak bola putri usia dini mulai terlihat," kata Yoppy.
Tentu ini membangkitkan harapan, suatu saat mereka akan menjadi pemain profesional dan membawa Indonesia di turnamen level dunia.
Melalui MilkLife Soccer Challenge yang menyasar level akar rumput ini, diharapkan banyak memunculkan banyak bibit-bibit pesepakbola putri yang lahir sehingga cabang olahraga ini semakin berkembang.
Tentunya, menggerakan ekosistem sebesar ini tidak bisa sendiri, perlu dukungan dari banyak pihak seperti federasi, sekolah sepak bola (SSB), klub-klub sepak bola dan berbagai stakeholder lainnya.
Baca Juga: Bagi-Bagi Buku Bersampul Jan Ethes, Gibran Minta Maaf
Selain MSC untuk KU-10 dan KU-12, Bakti Olahraga Djarum Foundation juga menggelar turnamen MilkLife Soccer League (MSL) untuk mewadahi atlet KU-14 di 11 SSB yang ada di "Kota Kretek".
Tahun depan sudah direncanakan untuk menggelar turnamen sepak bola putri di level atau jenjang berikutnya, yaitu KU-16.
"Melalui pembinaan secara rutin dan berjenjang yang dilakukan secara bersama-sama, maka kita bisa mengantarkan Indonesia berlaga di turnamen tertinggi yakni Piala Dunia Wanita," tandas Yoppy.
Salah seorang siswi SDUT Bumi Kartini Jepara, Rara Zenita Fatin yang mengantarkan timnya mempertahankan gelar juara di MSC-Kudus Series 2 ini mengaku sangat mencintai sepak bola dan kelak ingin menjadi pemain profesional di level nasional.
Baca Juga: Gen Z Istimewa