Krjogja.com - Jakarta - Setelah hampir empat dekade di luar angkasa, satelit NASA, Earth Radiation Budget Satellite (ERBS) yang tidak aktif, akan jatuh kembali ke Bumi.
Selama 21 tahun dari waktunya di antariksa, ERBS secara aktif menyelidiki bagaimana Bumi menyerap dan memancarkan energi dari Matahari, dan melakukan pengukuran ozon stratosfer, uap air, nitrogen dioksida, dan aerosol.
Mengutip situs resmi NASA, Minggu (8/1/2023), pada Kamis, 5 Januari 2023, Departemen Pertahanan Amerika Serikat memperkirakan, satelit 5.400 pon itu akan kembali ke atmosfer pada 18.40 EST (Senin, 06.40 WIB).
NASA memperkirakan sebagian besar satelit akan terbakar saat bergerak melalui atmosfer, namun beberapa komponen diperkirakan akan bertahan ketika kembali ke Bumi.
Lembaga antariksa AS itu juga menyebut, risiko bahaya bangkai satelit akan menimpa sesuatu di Bumi juga dicatat sangat rendah, kira-kira satu dari 9.400.
ERBS diluncurkan dari Space Shuttle Challenger pada 5 Oktober 1984. Pesawat luar angkasa ERBS adalah bagian dari misi Earth Radiation Budget Experiment.
Benda itu membawa tiga instrumen, dua untuk mengukur anggaran energi radiasi Bumi, dan satu untuk mengukur konstituen stratosfer termasuk ozon.
Anggaran energi (energy budget), adalah keseimbangan antara jumlah energi dari Matahari diserap atau dipancarkan Bumi. Ini adalah indikator penting dari kesehatan iklim dan memahaminya membantu mengungkap pola cuaca.
Konsentrasi ozon di stratosfer memainkan peran penting dalam melindungi kehidupan di Bumi, dari radiasi ultraviolet yang merusak.
Satelit ini beroperasi hingga pensiun di tahun 2005, jauh melebihi masa layanan dua tahun yang diperkirakan. Pengamatannya membantu para peneliti mengukur efek aktivitas manusia pada keseimbangan radiasi Bumi.
NASA pun melanjutkan misi ERBE dengan beberapa proyek, termasuk rangkaian instrumen satelit Clouds and the Earth’s Radiant Energy System (CERES) pada saat ini. (*)