Transaksi Online Jelang Lebaran Naik, Waspada Ancaman Siber

Photo Author
- Minggu, 7 April 2024 | 17:10 WIB
Ilustrasi belanja online, ecommerce, e-commerce, toko online. Kredit: athree23 via Pixabay
Ilustrasi belanja online, ecommerce, e-commerce, toko online. Kredit: athree23 via Pixabay

KRjogja.com - KONSUMEN di Indonesia banyak yang diketahui bakal belanja online untuk memenuhi kebutuhan Ramadan tahun ini.

Data survei YouGov mengungkap setidaknya ada 70 persen responden yang berencana membeli produk busana, perawatan pribadi, dan konsmetik lewat berbagai platform e-commerce.

Selama musim hari raya, seperti menjelang Lebaran, aktivitas ritel online diketahui mencapai puncaknya, sehingga bisa menjadi momen tepat bagi penjahat siber untuk mengeksploitasi kerentanan.

Baca Juga: Banjir dan Tanah Ambles Terjadi Lagi di Purbalingga, Pertanda Apa?

Di sisi lain, pada periode ini, jumlah staf di tim TI dan keamanan berkurang, yang membuat waktu respons terhadap potensi ancaman menjadi lebih lambat. Karenanya, menurut Country Director Fortinet di Indonesia, Edwin Li, pedagang online perlu bersikap proaktif.

"Jadi untuk mengantisipasi kejahatan di dunia siber selama Ramadan dan Lebaran, pedagang online perlu mengambil sikap proaktif dalam keamanan siber (cybersecurity) karena lebih sering jadi sasaran dibandingkan dengan industri lain," tuturnya dalam keterangan resmi yang diterima, Minggu (7/4/2024).

Alasannya, kelalaian mengatasi risiko ancaman siber ini menimbulkan berbagai celah yang membahayakan konsumen. Beberapa di antaranya adalah pencurian identitas dan pencurian informasi pembayaran.

Terlebih, angka transaksi e-commerce di Indonesia yang tinggi mendorong kerentanan transaksi serta terjadinya kejahatan siber.

Untuk itu, kelalaian mengatasi ancaman siber ini dapat mengakibatkan gangguan dalam pengalaman belanja online, seperti kerusakan situs dan keterlambatan pemrosesan.

Baca Juga: Pemkot Salatiga Siapkan Tim Khusus 'Bedhah Bumi' Makam Saat Lebaran

Untuk mengantisipasi serangan siber yang kian gencar dan bervariasi, menurut Edwin, perlu ada strategi yang spesifik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikaan, seperti melakukan pendekatan menyeluruh dan berlapis soal keamanan siber, meliputi teknologi, proses, dan manusia.

"Mereka perlu menggabungkan sistem inteligensi ancaman dengan arsitektur keamanan lebih luas untuk mendapatkan visibilitas lebih baik dan mengotomasi tindakan yang akan diambil untuk mengatasi ancaman dan mencegah insiden di masa depan," tutur Edwin.(*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Midea Luncurkan AC Celest Inverter Berteknologi AI

Selasa, 2 Desember 2025 | 19:22 WIB

Samsung Bespoke AI Wujudkan Hidup Sehat di Smart Home

Sabtu, 22 November 2025 | 09:00 WIB

Paparan Paham Radikalisme, Game Online Berbahaya?

Jumat, 21 November 2025 | 17:50 WIB
X