Krjogja.com - YOGYA - Perempuan terbukti menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, terutama di kalangan masyarakat prasejahtera. Menyadari hal tersebut, Permodalan Nasional Madani (PNM) melalui program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (PNM Mekaar), terus mendorong kemandirian perempuan pelaku usaha ultra mikro di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Program berbasis kelompok ini terbukti mampu memperkuat fondasi ekonomi rumah tangga sekaligus menciptakan ruang pemberdayaan yang lebih luas bagi perempuan.
Dalam pertemuan dengan media yang digelar di Yogyakarta, Pemimpin Cabang PNM Yogyakarta, Danang Setya Budi, didampingi Kepala Bagian Corporate Communication Kezia Hadi, menyampaikan bahwa PNM di wilayah DIY telah mendampingi lebih dari 146 ribu nasabah, tersebar di 41 titik layanan.
Baca Juga: Dari Mangrove hingga Buah-Buahan, Ini Alasan PNM Jalankan Program Penghijauan
Dari jumlah tersebut, mayoritas merupakan peserta program Mekaar yang menyasar perempuan prasejahtera dengan skema pembiayaan kelompok. “Serapan terbesar memang dari Mekaar. Karena ibu-ibu ini saling menguatkan dalam kelompok, pinjamannya kolektif, dan dampaknya langsung terasa pada ekonomi keluarga,” ujar Danang, Rabu (23/7/2026).
PNM Mekaar dirancang khusus untuk perempuan yang telah memiliki usaha, sedang merintis, atau memiliki keinginan kuat untuk kembali berusaha. Anggota kelompok terdiri dari 7 hingga 30 orang, dengan nilai pinjaman mulai dari Rp 2 juta hingga Rp 15 juta.
Setiap pekan, mereka mengikuti pertemuan kelompok untuk membahas usaha, menyicil pinjaman, dan mempererat solidaritas. “Model kelompok ini membuat ibu-ibu lebih disiplin, kompak, dan punya jaringan usaha kecil yang saling menopang,” tambah Kezia Hadi.
Baca Juga: PNM Jadi Inspirasi, Malaysia Tertarik Model Pemberdayaan dari Program PNM Mekaar
Keberhasilan program ini tidak lepas dari peran para pendamping lapangan atau Account Officer (AO), yang berjumlah sekitar 460 orang di DIY. Para AO yang umumnya merupakan lulusan SMA/SMK usia 20–24 tahun ini telah mendapat pelatihan intensif untuk membimbing para nasabah.
Sebelum pencairan dana, nasabah juga dibekali pelatihan dasar seperti literasi keuangan dan manajemen usaha mikro. “Pendampingan menjadi kunci utama keberhasilan program ini,” tegas Kezia.
Salah satu kisah sukses datang dari Suratiningsih, warga Wukirsari, Imogiri, yang juga merupakan pendidik PAUD. Awalnya, ia mendapat bantuan dari PNM untuk mendirikan ruang pintar bagi anak-anak dan ibu-ibu di sekitarnya. Kini, ruang tersebut dilengkapi laptop dan alat tulis sebagai bentuk dukungan sosial dari PNM.
Baca Juga: PNM Banjarnegara Berdayakan Perempuan Desa Lewat Program Ayam Petelur untuk Ketahanan Pangan
Ia kemudian mengembangkan usaha persewaan kostum tradisional yang semula hanya bermodal Rp 3 juta, dan kini berkembang hingga Rp 4 juta, dengan koleksi pakaian meningkat dua kali lipat menjadi 100 set.
Kisah inspiratif juga datang dari Pujiastuti, nasabah PNM Mekaar dari Umbulharjo. Sejak 2013, ia mengelola usaha salon rumahan sambil mengasuh anak. Meskipun sempat terdampak pandemi, usahanya tetap bertahan.