YOGYA (KRjogja.com) - Sejak 2012 pemerintah mulai melakukan sertifikasi bagi pekerja seni di Indonesia seiring membanjirnya pekerja seni dari luar negeri yang memiliki sertifikasi internasional. Kondisi ini semakin mendesak setelah masuk era perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang memungkinkan masuknya secara bebas SDM seni di kawasan ASEAN.
"Dikhawatirkan pekerja seni di Indonesia akan tersingkir jika tidak memiliki kompetensi yang dibuktikan melalui sertifikasi saat bersaing di tingkat dunia," tegas Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat wisuda mahasiswa tahun ajaran 2015/2016 serta penerimaan mahasiswa tahun 2016/2017 Rintisan Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta di Pendopo Dinas Kebudayaan DIY, Rabu (14/9/2016).
Menurut Sultan, kekhawatiran tersebut bisa dikikis dengan adanya Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta yang diharapkan mampu mencetak lulusan siap kerja, bukan hanya sekedar memiliki ilmu dan teori. Dengan begitu lulusannya yang nanti setingkat SDM ahli madya profesional mampu menembus lapangan kerja dengan kompetensi dan kualifikasi yang dimiliki.
Terpisah Rektor ISI Yogyakarta Prof Dr M Agus Burhan MHum juga menegaskan, di era pasar global kompetensi membutuhkan sertifikasi. Karena itu pengakuan sebagai ahli pratama seni juga menjadi faktor penting untuk mencapai dua syarat, kualifikasi dan kompetensi.
"Lulusan Rintisan Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta srata D1 dan merupakan ahli pratama level 3. Penerapan kompetensi dalam performance dan penampilan tidak diragukan lagi sudah melekat dengan kelulusan," jelasnya.
Sedang Koordinator Rintisan Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya Yogyakarta Prof Y Sumandyo Hadi menjelaskan pada tahun ini pihaknya meluluskan 75 mahasiswa dan menerima 77 mahasiswa baru untuk tiga program keahlian, yakni Seni Tari, Karawitan dan Seni Kriya Kulit. (R-7)
