JAKARTA, KRJOGJA.com - PT Bank UOB Indonesia (UOB Indonesia), UOB China, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia menyelenggarakan ASEAN Investment Seminar di Guangzhou, yang dihadiri oleh lebih dari 120 investor Tiongkok.Â
Dalam seminar ini, para investor memperoleh informasi tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia serta berbagai kesempatan investasi dari tim ahli UOB Indonesia, perwakilan Pemerintah Indonesia, termasuk Nurul Ichwan, Direktur Fasilitasi Promosi Daerah BKPM.
Â
Head of Commercial Banking UOB Indonesia Tonny Timor Basry mengatakan, Indonesia merupakan tujuan investasi yang menarik bagi para investor Tiongkok karena demografi penduduk yang relatif muda dan besarnya jumlah angkatan kerja dan kelas menengah yang terus meningkat.
"Faktor lainnya adanya permintaan konsumen yang kuat. Seminar ini kami selenggarakan dengan berkolaborasi bersama BKPM dengan tujuan untuk memberikan berbagai pandangan dan keahlian yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan asal Tiongkok dalam mengendalikan kesempatan dan kompleksitas berbisnis di Indonesia."Â
Dia menjelaskan sebagai bagian dari komitmen UOB Indonesia untuk mendukung nasabah dalam menangkap berbagai kesempatan bisnis antar negara, UOB mendirikan Foreign Direct Investment (FDI) Advisory Unit pada tahun 2013[1]. Sejak itu, FDI Advisory Unit UOB Indonesia menawarkan akses layanan bisnis yang mencakup penghubung dengan mitra ekosistem yang terdiri dari institusi pemerintahan yang terkait, asosiasi industri dan kamar dagang, serta juga dengan insitusi profesional lainnya.Â
"Pelayanan FDI kami juga bermitra strategis dengan BKPM sejak tahun 2015,†demikian kata Tonny.Â
Nurul Ichwan, Direktur Fasilitasi Promosi Daerah BKPM, mengatakan, â€Kami menyambut baik antusiasme dari para investor Tiongkok yang terlihat dalam UOB ASEAN Investment Seminar. Acara ini memberikan kesempatan untuk melakukan promosi investasi ke Indonesia dan memperkenalkan kepada para investor berbagai sektor yang potensial di Indonesia, seperti manufaktur, infrastruktur, pariwisata, dan ekonomi digital. (*)