NEW YORK, KRJOGJA.com - Hari belanja yang dikenal dengan Black Friday di Amerika Serikat (AS) mencatatkan rekor USD5 miliar atau sekira Rp67,5 triliun jika mengacu kurs Rp13.500 per USD, dalam 24 jam. Namun, angka tersebut hanya untuk belanja online.
Data dari Adobe Digital Insights, yang melacak 80% belanja online di 100 situs ritel terbesar di Amerika mencatat kenaikan belanja online 16,9% dibandingkan dengan Black Friday 2016.
Menurut data raksasa ritel digital, Amazon (AMZN, Tech30), pesanan yang datang mencapai tingkat rekor. Pasalnya, lebih dari 200.000 mainan terjual hanya dalam lima jam pertama dalam sehari. Sayangnya, Amazon tidak menyediakan angka penjualan untuk Black Friday.
Sementara itu, ShopperTrak, sebuah perusahaan analisis data yang mengukur jumlah pembeli di toko, mengatakan lalu lintas pembeli di tokok offline menurun 1%. Meski demikian, direktur senior layanan konsultasi untuk ShopperTrak, Brian Field, optimis toko offline masih bisa hidup.
"Ada sejumlah besar perdebatan seputar pergeseran toko ritel klasik, dan fakta bahwa kunjungan pembelanja tetap tinggi pada Black Friday menggambarkan bahwa ritel fisik masih sangat relevan dan, bila dilakukan dengan benar, masih menguntungkan," jelas Field seperti dilansir dari CNNMoney.
Akan tetapi, jika melihat Thanksgiving dan Black Friday, lalu lintas di dalam toko sebenarnya turun hampir 2% dibandingkan dengan dua hari yang sama tahun lalu. Field menjelaskan, ada kemungkinan besar karena sejumlah besar pengecer tradisional memilih untuk tutup pada hari Thanksgiving. (*)
