BANDUNG (KRjogja.com) - Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Yoga Affandi menjelaskan pada tahun 2017 ini yang harus diwaspadai adalah harga minyak dunia yang terus meningkat serta kenaikan kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Fund Rate(FFR).
Menurut Yogya enaikan harga minyak dunia lumayan tajam yakni pada tahun 2016 lalu hanya sekitar 41 dolar AS per barel, naik menjadi 52,5 dolar AS per barel pada tahun 2017. Kenaikan harga minyak ini karena adanya kesepakatan negara penghasil minyak yang tergabung dalam OPEC, mengurangi produksinya. Akibatnya harga komoditas industri akan meningkat yang tentu akan membuat pengeluaran masyarakat akan bertambah.
Sementara untuk kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Fund Rate(FFR) Â tahun ini, kata Yogy beberapa pelaku pasar memperkirakan akan naik 3 kali, namun BI memperkirakan kenaikan hanya dua kali. "Terdapat ruang kenaikan Federal Fund Rate (FFR) sebanyak 3 kali di 2017. Meskipun kalau kita lihat pelaku keuangan dan kita pantau masih memperkirakan 2 kali. BI perkirakan dua kali sudah perkirakan sesuai perhitungan kita," katanya
Yoga menjelaskan beberapa pelaku pasar memperkirakan kenaikan suku bunga acuan AS dimulai pada Mei 2017 mendatang. Para pelaku pasar masih meraba-raba arah kebijakan dari bank sentral AS."Mei meningkat karena pernyataan Janet Yellen (Gubernur Bank Sentral AS), hawkish. Sulit untuk menganalisis ini secara benar apa yang dikatakan Janet Yellen," kata Yoga. (Lmg)Â