Krjogja.com Jakarta - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dr. Taruna Ikrar, d Jakarta, Selasa (23/9/2024) memprediksi pendapatan di sektor farmasi meningkat hingga Rp300-400 triliun dalam beberapa tahun ke depan.
Taruna mengatakan, capaian itu bisa diraih jika ekonomi dijalankan dengan tepat. Namun, kenyataannya saat ini total pendapatan di sektor farmasi masih berkisar Rp100-140 triliun per tahun.
“Kenapa kami optimis bisa dua atau tiga kali lipat, karena potensi kita besar. Pertama, potensi dalam negeri kita cukup besar penduduknya, yaitu terbesar keempat dunia,” kata Taruna Ikrar dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (24/9/2024).
Baca Juga: Konsultasi Publik KLHS Kulonprogo Selatan Bahas Isu Pembangunan Berkelanjutan
Sampai saat ini ada sekitar 46 perusahaan farmasi nasional yang berada pada level maturitas keempat atau proaktif. Pada umumnya, kata Taruna, industri farmasi nasional berada pada level maturitas menengah atau kalkulatif. "Lebih dari sekitar 60 persen masih bersifat kalkulatif," katanya.
Di Indonesia, kata dia, terdapat sekitar 240 perusahaan farmasi, namun yang aktif selama ini hanya sekitar 160 perusahaan. Taruna menilai maturitas adalah suatu hal yang penting, karena hal itu menunjukkan kualitas berbagai aspek dalam industri tersebut, seperti produksi, distribusi, hingga penjualan.
Apabila maturitas meningkat, katanya, maka berdampak besar dalam berbagai hal, contohnya penurunan harga obat karena produksi yang lebih banyak.
Baca Juga: Serangan Udara Israel di Lebanon Timur Tewaskan 30 Orang, Konflik Kian Memanas
Karena itu, pihaknya mendukung peningkatan maturitas tersebut dengan sejumlah upaya, seperti memotivasi dan mendampingi industri farmasi, memberikan insentif berupa percepatan perizinan, serta membangun reputasi di kancah global agar produk-produk nasional dapat dipasarkan di berbagai negara.
"Badan POM ingin ikut serta, bukan hanya ingin mengawasi di belakang meja. Kita turun ke lapangan. Kita ingin memotivasi dan mendampingi perusahaan farmasi yang 240 ini, kalau bisa bertambah, untuk memaksimalkan maturitasnya," kata Taruna
Taruna menyebut, jumlah perusahaan farmasi di Indonesia tercatat ada 240 unit. Namun yang aktif selama ini hampir 190-an saja.
Menurut Taruna, apabila produk-produk farmasi Indonesia terakreditasi dengan baik, Indonesia bisa mengekspornya ke luar negeri. Baik itu ke negara-negara tetangga atau ke manca negara seperti Eropa, Amerika Serikat, Afrika, dan sebagainya.
“Sebagian perusahaan-perusahaan farmasi kita sudah ekspor hampir ke seluruh dunia. Walaupun tiap satu perusahaan ada yang fokusnya ke suatu tempat,” kata Taruna. (Ati)